BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan memasuki pendidikan lebih lanjut. Tahap perkembangan anak pada usia dini merupakan masa yang sangat penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Perkembangan otak pada usia dini mencapai hampir 80%, Oleh karena itu pengoptimalan perkembangan anak dengan memberi stimulasi positif pada masa golden age ini sangat penting untuk dilakukan melalui pemberian rangsangan.
Pendidikan anak usia dini bertujuan untuk mengembangkan semua aspek perkembangan yang dimiliki anak, dan diharapkan dengan adanya pendidikan anak usia dini dapat mengembangkan hidden potency sehingga potensi tersebut dapat teraktualisasi. Salah satu aspek perkembangan anak usia dini yaitu perkembangan bahasa. Masa puncak untuk mempelajari bahasa adalah dari lahir sampai usia 6 tahun, sedangkan masa yang paling intensif adalah 3 tahun pertama usia anak dimana ketika itu otak sedang berkembang menuju proses pematangan. Kemampuan bahasa yang pertama kali diperoleh anak adalah kemampuan bahasa lisan yang mencakup kemampuan mendengar dan berbicara, kemampuan ini menjadi dasar dalam pengembangan kemampuan bahasa lainnya yaitu membaca dan menulis.
Kemampuan menulis berhubungan dengan kemampuan motorik yakni motorik halus karena menekankan pada kordinasi otot tangan dan jari atau kelenturan tangan yang bersifat keterampilan. Kegiatan menulis dasar sudah dapat dimulai saat anak menunjukkan perilaku seperti mencoret-coret buku atau dinding, kondisi tersebut menunjukkan berfungsinya sel-sel otak yang perlu dirangsang supaya berkembang secara optimal.
Menulis merupakan salah satu media untuk berkomunikasi, dimana anak dapat menyampaikan ide, makna, pikiran dan perasaannya melalui untaian kata-kata yang bermakna, Kesulitan menulis akan menjadi hambatan dalam proses pembelajaran anak, karena anak yang mengalami kesulitan menulis ini tidak bisa menuangkan dan mengemukakan ide dengan baik.
Aktifitas belajar menulis bagi setiap anak tidak selamanya berangsur secara wajar, karena setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda, perbedaan individu pula yang menyebabkan perbedaan tingkah laku anak, anak yang tidak mampu menulis sebagaimana mestinya, itulah yang disebut dengan Disgrafia. Yakni kesulitan khusus dimana anak-anak tidak bisa menuliskan atau mengekspresikan pikirannya dalam bentuk tulisan, karena mereka tidak bisa menyuruh atau menyusun kata dengan baik dan mengkoordinasikan motorik halusnya ( tangan ) untuk menulis. Pada anak-anak umumnya kesulitan ini terjadi pada saat anak mulai belajar menulis. Kesulitan ini tidak tergantung kemampuan lainnya. Seseorang bisa sangat fasih dalam berbicara dan keterampilan motorik lainnya, tapi mempunyai kesulitan dalam menulis.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tahapan-tahapan menulis pada anak usia dini?
2. Bagaimana peran orang tua dalam mengembangkan kemampuan menulis anak?
C. Tujuan
1. Megetahui tahapan-tahapan menulis pada anak usia dini.
2. Memahami peran orang tua dalam mengembangkan kemampuan menulis anak.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Menulis
1. Pengertian Menulis
Menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa. Dalam pembagian kemampuan berbahasa, menulis selalu diletakkan paling akhir setelah kemampuan menyimak, berbicara, dan membaca. Meskipun selalu ditulis paling akhir, bukan berarti menulis merupakan kemampuan yang tidak penting. Dalam menulis semua unsur keterampilan berbahasa harus dikonsentrasikan secara penuh agar mendapat hasil yang benar-benar baik.
Banyak pengertian yang dikemukaakan para ahli untuk mendefinisikan menulis, Tarigan (Djuanda,2008:180) mengemukakan bahwa : Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa gambar itu. Senada dengan itu M. Atar Semi (2007: 14) dalam bukunya mengungkapkan pengertian menulis adalah suatu proses kreatif memindahkan gagasan ke dalam lambang-lambang tulisan.
Henry Guntur Tarigan (1986: 15) menyatakan bahwa menulis dapat diartikan sebagai kegiatan menuangkan ide/gagasan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai media penyampai. Menurut Djago Tarigan dalam Elina Syarif, Zulkarnaini, Sumarno (2009: 5) menulis berarti mengekpresikan secara tertulis gagasan, ide, pendapat, atau pikiran dan perasaan.
Menurut pendapat Hasani (2005:5) menulis merupakan keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Menulis merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif, sehingga penulis harus mampu memanfaatkan kemampuan dalam menggunakan tata tulis, struktur bahasa dan kosakata.
Menulis memerlukan keterampilan pengendalian otot ,koordinasi mata dan tangan, diskriminasi visual. Keterampilan dasar kesiapan menulis harus dikembangkan sebelum anak memulai belajar menulis. Pengendalian otot dapat dikembangkan melalui aktivitas manipulatif, misalnya memotong dengan gunting, menggambar dengan ujung jari, menelusuri dan mewarnai. Koordinasi mata dan tangan dapat dilatih melalui kegiatan menggambar lingkaran dan bentuk geometri lain. Semua keterampilan dasar sangat diperlukan untuk mengenal berbagai bentuk huruf, serta cara penulisan huruf itu sendiri (Yusuf, 2005: 187).
Menulis menurut McCrimmon dalam St. Y. Slamet (2008: 141) merupakan kegiatan menggali pikiran dan perasaan mengenai suatu subjek, memilih hal-hal yang akan ditulis, menentukan cara menuliskannya sehingga pembaca dapat memahaminya dengan mudah dan jelas. St. Y. Slamet (2008: 72) sendiri mengemukakan pendapatnya tentang menulis yaitu kegiatan yang memerlukan kemampuan yang bersifat kompleks.
Menulis merupakan ekspresi/ungkapan dari bahasa lisan dalam suatu bentuk goresan/coretan. Kegiatan awal menulis dimulai ketika anak pura- pura menulis diatas kertas, pasir, atau media lainnya dalam bentuk coretan–coretan sampai anak mampu menirukan bentuk tulisan yang sesungguhnya.
2. Tahapan-Tahapan Menulis
Menurut Brewer ada 4 tahapan dalam kemampuan menulis sebagai berikut:
1. Tahap mencoret atau Membuat Goresan (Scribble Stage).
Tahap ini anak ditandai dengan mulainya anak menggunakan alat tulis untuk membuat coretan. Sebelum ia belajar untuk membuat huruf yang dapat dikenali.
2. Tahap Pengulangan secara linear (Linear Repetitif Stage).
Tahap ini anak menemukan bahwa tulisan biasanya berarah horizontal dan huruf-huruf tersusun berupa barisan pada halaman kertas. Anak juga telah mengetahui bahwa kata yang panjang akan ditulis dalam barisan huruf yang lebih panjang di bandingkan dengan kata yang pendek.
3. Tahap Menulis secara Random/acak (Random Letter Stage).
Pada tahap ini anak balajar mengenai bentuk coretan yang dapat diterima sebagai huruf dan dapat menuliskan huruf-huruf tersebut dalam urutan acak dengan maksud menuliskan huruf tertentu.
4. Tahap Menulis Tulisan Nama (Letter Name Writing, PhoneticWriting)
Tahap ini anak-anak mulai mamahami hubungan tulisan dengan bunyi tertentu. Anak dapat menuliskan satu atau beberapa huruf untuk melambangkan suatu kata, seperti menuliskan huruf depan namanya saja atau menulis “bu” dengan sebagai lambang dari“buku”.
Sedangkan Feldman (1991) memberikan batasan tentang tahapan kemampuan menulis pada anak;
1. Scrible on the page, yaitu membuat goresan pada kertas. Dalam tahap ini anak membuat gambar ataupun huruf-huruf yang terpisah.
2. Copy Word, yaitu mencontoh huruf. Anak mulai tertarik untuk mencontoh huruf seprti dalam kata mama, papa dan sebagainya
3. Invented Spelling, yaitu belajar mengeja. Dalam tahap ini anak mulai menemukan cara mengeja dan menuliskan huruf sesuai dengan bunyinya.
Tahapan kemampuan menulis diatas merupakan gambaran kemampuan menulis anak yang berawal dari tahapan yang sederhana sampai tahapan yang lebih tinggi. Munculnya kemampuan menulis ditandai dengan adanya ketertarikan anak pada kegiatan menulis yang bermula dari mencoret, mencoba menulis huruf, menulis namanya sendiri dan menirukan kata atau tulisan.
2.2 Mengembangkan Kemampuan Menulis Anak
Sebelum memulai untuk mengajak anak menulis, sebagai langkah awal penting untuk dipahami bahwa dunia anak adalah dunia bermain. Karena itu kegiatan membaca dan menulis misalnya dapat dilakukan sesuai dengan kemampuan anak dengan cara bermain. Glenn Doman (2006) mencetuskan ide revolusionernya lewat buku How to teach Your Baby to read. Menganjurkan agar para bayi atau anak yang diajak menjalankan kegiatan membaca atau menulis harus tetap berada dalam keadaan senang, tidak tertekan. Jika terlihat tanda-tanda si anak mulai tidak nyaman, maka kegiatan tersebut harus segera dihentikan. Hal penting yang harus diperhatikan orang tua adalah kesiapan anak. Untuk mengetahui anak sudah siap atau belum diajarkan menulis, orangtua perlu memerhatikan 3 hal berikut ini:
a. Aspek Fisik-Motorik.
Keterampilan menulis termasuk dalam keterampilan motorik halus yang melibatkan otot kecil khususnya tangan dan jari-jari. Di usia prasekolah, anak dapat mengontrol gerakan jari-jemarinya dengan lebih baik, sehingga mereka bisa lebih terampil dalam menggunakan material/peralatan untuk menggenggam dan memanipulasi alat. Umumnya, di usia 3 tahun 6 bulan, motorik halus anak siap untuk dilatih memegang alat tulis (pensil atau bolpen), sehingga diharapkan pada usia 6-7 tahun ke atas, kemampuan tersebut memegang alat tulis dengan benar dapat dikuasai anak.
Untuk itu, sebelum anak mencapai usia prasekolah atau sebelum dilatih menulis, orangtua harus melatih keterampilan motorik halus anak dengan berbagai kegiatan seperti membentuk plastisin (lilin lunak), bermain pasir, bermain pasel, membuat bangunan dari balok dan sejenisnya, meraba bentuk huruf yang terbuat dari pasir atau permukaan kasar/halus, makan dan berpakaian secara mandiri, memakai sepatu, menggun-ting (sambil diawasi agar terjaga keamanannya), dan lain-lain.
b. Aspek Emosi
Kegiatan menulis membutuhkan kesabaran, ketekunan dan konsentrasi. Anak usia prasekolah memiliki rentang waktu konsentrasi dan atensi yang masih terbatas. Mengajak anak melakukan kegiatan menulis, katakanlah selama 5 menit, perlu usaha yang cukup besar. Kesabaran dan support orangtua mendampingi anak dalam menulis akan berpengaruh besar terhadap emosi dan konsentrasi anak pula. Orangtua diharapkan tidak banyak mengkritik produk tulisan anak, melainkan memberikan reward, misalnya berupa pujian atas usaha dan kesabaran anak. Seiring dengan kematangan dan perkembangan usianya, anak akan semakin terampil dalam menulis.
c. Aspek Kognitif
Keterampilan motorik halus, sebagaimana keterampilan aspek yang lain, sangat terkait dengan kemampuan kognitif anak. Menurut teori Piaget, perkembangan kognitif anak usia prasekolah berada pada tahap pra-operasional, dimana dalam tahap ini sebenarnya kemampuan berpikir anak masih di bawah tahap konkret. Jadi, dalam mengajari anak, minimal kita memberikan banyak contoh yang konkret, bermakna, dan familiar bagi anak. Di tahap ini anak mulai memahami bahwa benda-benda yang biasa dilihatnya, dapat diwakili oleh tulisan. Dengan memberikan stimulasi yang bermakna dan sesuai konteks, maka ini bisa menjadi daya tarik bagi anak untuk menuliskan benda-benda maupun nama orang yang dikenalnya.
Mengajari anak menulis berarti melibatkan tahap memperkenalkan buku pada anak. Memperkenalkan buku pada anak, dapat dilakukan seperti halnya mengenalkan mainan pada anak. Saat ini sudah banyak buku-buku yang cukup kreatif kemasannya (buku dikemas seperti mainan atau benda tertentu) sehingga bukan masalah yang besar lagi tentang hal ini. Biasakan anak selalu dekat dengan buku dalam aktifitasnya sehingga ia sangat familiar dan mungkin juga akan ketagihan dengan buku.
Kemudian jika ingin memfasilitasi kemampuan menulis, maka terlebih dahulu harus memahami kondisi psikologis anak (hal-hal apa yang disukai dan tidak disukai oleh anak). Anak-anak senang dengan sesuatu yang bernuansa ceria sehingga alat tulis yang hendak diberikan sebaiknya berwarna-warni, demikian juga dengan kertas atau buku, anak-anak suka pada hal-hal yang lucu dan lebih menyukai sesuatu yang melibatkan fantasinya. Buku-buku bacaan yang dibelikan seyogyanya memberi kesan mengasyikan dan tetap dalam konteks kegiatan bermain.
Bermain juga merupakan persiapan untuk bekerja. Kalau mulanya bermain dilakukan hanya untuk mencari kesenangan, lambat laun hal ini akan berubah. Seiring dengan bertambahnya usia dan pembelajaran anak, kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan ini akan memiliki tujuan lain. Misalnya, penghargaan, prestasi, kompetisi bahan materi.
Peran orang tua sangat penting dalam mengembangkan kemampuan anak. Di usia anak lebih senang dimotivasi melalui pujian dari pada kritikan. Pada anak-anak tertentu, kritikan justru membuatnya rendah diri dan malu sehingga dapat menghambat kemampuan bahkan mungkin ia menjadi tidak ekspresif lagi. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam memberikan motivasi anak. yaitu:
1. Ajarkan cara menggenggam pensil yang benar. Periksa telunjuk dan jari tengahnya. Kedua jari tersebut harus membentuk lingkaran terbuka dan pensil bersandar di jari tengah. Juga, pergelangan tangan harus lurus (tidak membengkok seperti yang dilakukan anak kidal). Catatan: Pensil yang tidak terlalu panjang dan agak bulat lebih mudah digenggam pemula ketimbang pensil yang kurus dan agak panjang.
2. Dorong anak untuk menulis huruf dari atas ke bawah. Hasilnya akan lebih rapi daripada kalau menggoreskan pensil dari bawah ke atas. Garis vertikal dan horizontal akan lebih mudah dibuatnya daripada garis melengkung atau diagonal. Jadi, huruf besar, seperti E, F, dan T, akan lebih mudah ditulis dibandingkan A atau C. Latihlah anak untuk menuliskan huruf-huruf itu secara bergantian.
3. Lakukan dengan cara menyenangkan. Sesekali, ajaklah anak untuk menuliskan namanya di atas kertas warna-warni, atau mengarang sebuah cerita. Krayon yang berwarna-warni juga akan membuatnya lebih antusias.
4. Peningkatan kemampuan yang ia miliki. Jika memungkinkan berikan sebuah ruangan khusus bagi anak untuk menempelkan gambar-gambar yang menurutnya menarik.
5. Menempelkan hasil karyanya atau tempat khusus untuk mengkoleksi barang-barang kesukaannya. Berikan ruangan untuk kebebasan berkekspresi. Mensetting ruangan membaca seperti ruang bermain.
6. Memberikan contoh kepada anak untuk menghargai buku. Anak adalah peniru yang ulung seperti mesin fotokopi yang meniru apa saja yang dilihatnya. Jika orang tua atau lingkungan sosial sekitarnya senang bergelut dengan buku, menghargai buku (menyampul, menatanya dengan rapi, mengoleksinya dengan baik) maka anak-anak juga akan berusaha demikian.
7. Libatkan anak ketika kita melakukan kegiatan yang berhubungan dengan buku, misalnya menyampul buku, jalan-jalan ke toko buku bersama, biarkan ia melihat dan memilih buku-buku yang mereka sukai.
8. Tunjukan arti penting buku, dengan cara mendiskusikan, menceritakan keriteria buku yang bagus, menganalisis atau mengkritisi buku.
9. Biasakan menjadikan buku sebagai kado dan hadiah di hari istimewa anak. Atau ketika bepergian keluar kota. Jangan lupa oleh-oleh untuk sikecil selain mainan atau makanan juga bawakan buku yang menarik untuk anak.
10. Ketika akan melakukan aktivitas perjalanan jauh, biasakan anak membawa bekal buku yang anak menemani perjalanan anak dengan topik-topik ringan dan menyenangkan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1) Menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa. Dalam pembagian kemampuan berbahasa, menulis selalu diletakkan paling akhir setelah kemampuan menyimak, berbicara, dan membaca. Meskipun selalu ditulis paling akhir, bukan berarti menulis merupakan kemampuan yang tidak penting. Dalam menulis semua unsur keterampilan berbahasa harus dikonsentrasikan secara penuh agar mendapat hasil yang benar-benar baik.
2) Sebelum memulai untuk mengajak anak menulis, sebagai langkah awal penting untuk dipahami bahwa dunia anak adalah dunia bermain. Karena itu kegiatan membaca dan menulis misalnya dapat dilakukan sesuai dengan kemampuan anak dengan cara bermain.
3) Peran orang tua sangat penting dalam mengembangkan kemampuan anak. Di usia anak lebih senang dimotivasi melalui pujian dari pada kritikan. Pada anak-anak tertentu, kritikan justru membuatnya rendah diri dan malu sehingga dapat menghambat kemampuan bahkan mungkin ia menjadi tidak ekspresif lagi.
B. Kritik dan Saran
Menulis adalah suatu kegiatan yang sangat penting bagi kita dan tugas orang tua serta guru dalam menstimulusnya. Menuntun anak agar bisa menulis nama diri, yang merupakan salah satu bagian dari materi pelajaran menulis. Jadi marilah kita bersama, menggunakan kreatifitas kita masing-masing, untuk menemukan metode-metode kreatif, yang bisa meringankan dan memudahkan anak untuk bisa menulis.
DAFTAR PUSTAKA
Komentar
Posting Komentar