BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Taman Kanak-kanak/RA merupakan sekolah
dasar bagi anak usia 3-6 tahun dimana sekolah bertanggung jawab memberikan pengalaman-pengalaman
dasar kepada anak. Keterampilan serta tanggung jawab guru memegang peranan untuk
memahami anak dan membantu mengoptimalkan semua aspek perkembangan anak.
Terdapat berbagai macam sebutan yang diberikan
para ahli terhadap masa TK. Hurlock (1980) menyebut masa ini sebagai
masa/periode kanak-kanak awal, dan masa keemasan (golden age). Sebagian
besar orangtua menganggap masa kanak-kanak awal sebagai usia yang mengandung
masalah atau masa sulit. Pendidik menyebut sebagai usia prasekolah, dan ahli
psikologi menyebut sebagai usia berkelompok. Berbagai sebutan ini menunjukan
bahwa berbagai kalangan memberikan perhatian yang serius terhadap masa usia TK.
Mengingat pentingnya masa ini maka pendidikan bagi anak TK perlu dilakukan
secara terintegrasi.
Bimbingan itu sendiri dapat diartikan suatu
bagian integral dalam keseluruhan program pendidikan yang mempunyai fungsi
positif, bukan hanya suatu kekuatan kolektif. Proses yang terpenting dalam
bimbingan adalah proses penemuan diri sendiri. Hal tersebut akan membantu anak
mengadakan penyesuaian terhadap situasi baru, mengembangkan kemampuan anak
untuk memahami diri sendiri dan menerapkannya dalam situasi mendatang.
Bimbingan bukan lagi suatu tindakan yang bersifat hanya mengatasi setiap krisis
yang dihadapi oleh anak, tetapi juga merupakan suatu pemikiran tentang
perkembangan anak sebagai pribadi dengan segala kebutuhan, minat dan kemampuan yang harus berkembang.
Kebutuhan akan layanan bimbingan di TK/RA
muncul dari karakteristik dan masalah-masalah perkembangan yang terjadi pada
masa kanak-kanak. Pada masa perkembangan anak TK/RA, masalah dapat menghambat
pencapaian perkembangan pada masa berikutnya. Layanan bimbingan sebagai suatu
upaya bantuan yang diberikan guru kepada anak di laksanakan secara bersama-sama
dengan proses pembelajaran yang terjadi. Artinya guru pada saat mengajar dapat
pula berperan sebagai pembimbing anak. Layanan bimbingan memiliki beberapa
fungsi dan prinsip-prinsip yang dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan
bimbingan di TK/RA. Berangkat dari masalah tersebut saya selaku observer tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai layanan Bimbingan dan Penyuluhan di TKQ Daarul
Muttaqien yang terletak di Jalan Surya Pati Kp. Poponcol Kidul RT 03/01 kelurahan Karawang Kulon Kecamatan Karawang Barat Kabupaten karawang.
B. Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan dari kegiatan, observasi sebagai berikut:
1. Untuk
mengetahui bagaimana usaha guru dalam menyelesaikan masalah peserta didik.
2. Memenuhi tugas perkuliahan Mata Kuliah Bimbingan dan Penyuluhan di TK /RA
3. Untuk
mengetahui
program dan implementasi layanan bimbingan dan penyuluhan
yang diberikan oleh guru kepada anak dalam menyelesaikan masalah
yang terjadi dilapangan.
C. Manfaat
Dari tujuan penelitian diatas maka dapat diketahui manfaat dari penelitian tersebut adalah:
1. Secara Teoritis :
Dapat
menambah wawasan
pengetahuan
mengenai
pentingnya bimbingan konseling dan penyuluhan bagi AUD untuk menjamin keberhasilan
pengelolaan pembelajaran di
PAUD.
2. Secara Praktis:
a.
Bagi
Kepala Sekolah
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan
bagi
Kepala
Sekolah dalam meningkatkan kualitas
layanan
Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah
agar dapat menunjang keberhasilan pengelolaan pembelajaran di TK/RA
b. Bagi Guru
Dapat memberikan pemahaman mengenai sejauh mana tindakan dan pelayanan BK yang
telah diberikan terhadap peserta didik
c. Bagi
Peneliti
Penelitian ini diharapkan
dapat bermanfaat bagi diri peneliti,
menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai implementasi Layanan Bimbingan dan penyuluhan di TK/RA.
D. Ruang
Lingkup
Penelitian
dilakukan di TKQ Daarul Muttaqien Kp. Poponcol Kidul RT 03/01 kelurahan Karawang Kulon Kecamatan Karawang Barat Kabupaten karawang
melalui kegiatan observasi dan wawancara mengenai Implementasi Bimbingan
dan Penyuluhan serta Analisa
permasalhan perkembangan anak di TKQ Daarul Muttaqien.
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Karakteristik perkembangan anak Usia Dini
Sesuai dengan sifat individu yang unik, adanya
variasi individual dalam perkembangan anak merupakan hal normal terjadi.
Terkadang anak yang satu lebih cepat berkembang daripada anak yang lainnya,
begitupun dalam perbedaan minat dan kecakapan, sementara sebagian anak lebih
senang melakukan gerakan-gerakan fisik atau bermain kelompok dengan temannya.
Berdasarkan dari tahapan perkembangan yang telah dibahas dalam perkuliahan, uraian berikut mengetengahkan tentang karakteristik anak yang
dibatasi pada hal-hal yang bersifat menonjol dan lebih terkait dengan proses
pembelajaran anak:
1.
Perkembangan anak usia 0 – 2 tahun
Pada masa bayi secara umum anak mengalami perubahan yang jauh lebih
pesat dibanding dengan yang akan dialami pada fase-fase berikutnya. Berbagai
kemampuan dan keterampilan dasar, baik yang berupa keterampilan lokomotor
(bergulir, duduk, berdiri, merangkak, dan berjalan), keterampilan memegang
benda, penginderaan (melihat, mencium, mendengar, dan merasakan sentuhan),
maupun kemampuan untuk mereaksi secara emosional dan sosial (berhubungan dengan
orang tua, pengasuh, dan orang-orang dekat lainnya) dapat dikuasai pada fase
ini. Berbagai kemampuan dan keterampilan dasar tersebut merupakan modal penting
bagi anak untuk mengarungi dan menjalani proses perkembangan selanjutnya.
Bagi bayi, gerakan-gerakan motorik dan pengalaman-pengalaman
sensori ini sangat vital. Pengalaman-pengalaman demikian di samping dapat
merangsang pertumbuhan fisik, juga sekaligus meningkatkan dan memperkaya
kualitas fungsi fisik tersebut. Sehingga bayi yang memiliki kesempatan luas
untuk melakukan gerakan-gerakan motorik akan terdorong untuk mengalami
pertumbuhan fisik yang sehat dengan penguasaan keterampilan-keterampilan
motorik dasar yang cepat. Sebaliknya, bayi yang kurang mendapat kesempatan
demikian sangat dimungkinkan untuk mengalami hambatan dalam pertumbuhan fisik
dan perkembangan keterampilan motoriknya.
Komunikasi responsif dengan orang dewasa akan mendorong dan
memperluas respon-respon verbal dan non-verbal bayi. Bayi mulai belajar tentang
pengalaman-pengalaman sensori dan ekspresi-ekspresi perasaan, meskipun bayi
belum memahami kata-kata. Penyajian pengalaman-pengalaman menarik dengan
menyediakan obyek-obyek mainan menarik merupakan hal yang bias berpengaruh
positif terhadap perkembangan kemampuan bayi dalam mengekspresikan perasaan dan
keterampilan-keterampilan sensori lainnya. Menurut Bredkamp (Solehuddin, 2000),
jika bayi terasing dari pengalaman-pengalaman sensori-motor tersebut, maka
bukan saja perkembangan emosionalnya yang akan terhambat melainkan juga
perkembangan kognisinya.
Bayi yang baru lahir ke dunia dilengkapi dengan kesiapan untuk melakukan kontak sosial. Selama 9 bulan pertama ia akan mengembangkan kemampuannya untuk membedakan antara orang-orang yang dikenalnya dengan orang-orang yang tidak dikenalnya.
Bayi yang baru lahir ke dunia dilengkapi dengan kesiapan untuk melakukan kontak sosial. Selama 9 bulan pertama ia akan mengembangkan kemampuannya untuk membedakan antara orang-orang yang dikenalnya dengan orang-orang yang tidak dikenalnya.
Pada usia ini
bayi sudah mulai belajar melafalkan suara-suara dan gerakan-gerakan yang
mengkomunikasikan suasana emosinya seperti senang, terkejut, marah, cemas dan
perasan lainnya. Dalam hal ini bayi mengembangkan harapan-harapan tentang
perilaku orang berdasarkan pada bagaimana cara orang tua dan pengasuh lainnya
memperlakukannya. Melalui interaksi-interaksi sosial yang penuh kehangatan dan
kasih saying ini, bayi mulai mengembangkan hubungan cinta kasih yang positif. Hal
yang perlu diingat adalah bahwa pemenuhan kebutuhan bayi sepenuhnya masih
tergantung kepada orang dewasa. Bayi juga masih mudah untuk mengalami frustasi
karena belum mampu mengatasi ketidaknyamanan atau suasana stress secara aktif.
Hal ini, diakibatkan belum dikuasainya keterampilan-keterampilan dasar yang
diperlukan untuk itu. Bayi mengekspresikan apa yang dirasakan dan diinginkannya
melalui bahasanya sendiri seperti tertawa, menangis, terkejut, dan sejenisnya.
Terhadap ekspresi-ekspresi bayi tersebut, orang tua dan pengasuh lainnya harus
memahami dan memberikan respon secara tepat namun tidak berlebihan.
2.
Perkembangan anak usia 2 – 3 tahun
Di samping masih memiliki beberapa kesamaan karakteristik dengan
pada masa sebelumnya, anak usia 2-3 tahun memiliki karakteristik khusus. Dari
segi fisik, pada fase ini anak masih tetap mengalami pertumbuhan yang pesat,
khususnya berkenaan dengan pertumbuhan dengan pertumbuhan otot-otot besar. Anak
pada usia ini sudah tahu bagaimana berjalan dan berlari. Anak juga mulai senang
memanjat dan menaiki sesuatu, membuka pintu, serta mencoba berdiri di atas satu
kaki dan berloncat. Anak senang mencoba sesuatu sehingga memerlukan ruangan
yang cukup luas untuk itu. Dengan penguasaan keteramppilan-keterampilan dasar
yang diperoleh pada masa bayi, anak seusia ini akan tampak senang melakukan
banyak aktivitas.
Anak juga biasanya sangat aktif mengeksplorasi benda-benda yang ada
disekitarnya. Anak memiliki kekuatan observasi yang tajam, menyerap dan membuat
perbendaharaan bahasa baru, belajar tentang jumlah, membedakan antara konsep
“satu” dengan “banyak”. Mulai senang mendengarkan cerita-cerita sederhana, dan
gemar melihat-lihat buku. Melalui berbagai aktivitas itulah menurut pengamatan
piaget (Solehuddin: 2000) anak pada usia ini berpikir, pada saat anak aktif
melakukan aktivitas-aktivitas fisik, secara stimulant aktivitas mentalnya juga
terlibat.
Meskipun hanya dengan beberapa patah kata, anak seusia ini juga mulai berbicara satu sama lain.
Meskipun hanya dengan beberapa patah kata, anak seusia ini juga mulai berbicara satu sama lain.
Anak mulai senang melakukan percakapan walau dalam bentuk
perbendaharaan kata dan kalimat terbatas. Namun simultan dengan itu, sikap dan
perilaku egosentris anak pada usia dini ini sangat menonjol. Anak pada usia ini
memandang peristiwa- peristiwa yang dihadapinya hanya dari kacamata dan
kepentingannya sendiri. Anak belum bisa memahami persoalan-persoalan itu dari
sudut pandang orang lain, cenderung melakukan sesuatu itu hanya menurut
kemauannya sendiri tanpa memperdulikan kemauan dan kepentingan orang lain. Oleh
karena itu, terjadinya perselisihan, berebut mainan, dan perilaku sejenisnya
sangat dimungkinkan untuk sering dialami oleh anak-anak seusia ini. Hal
lain yang perlu dipahami bahwa anak usia ini biasanya memiliki kemampuan untuk
memperhatikan sesuatu hanya dalam jangka yang sangat pendek. Anak belum bisa
mengikuti suatu pembicaraan orang lain secara lama, cenderung beralih-alih
perhatian dari suatu benda ke benda lainnya, dari suatu aktivitas ke aktivitas
lainnya, dan/atau dari suatu pembicaraan ke pembicaraan lainnya. Anak belum
memiliki pertimbangan yang sehat dan rasa bahaya, baik bagi dirinya maupun bagi
orang lain adalah cirri lain yang secara menonjol juga dimiliki anak seusia
ini. Cenderung melakukan segala sesuatu hanya didasarkan atas keinginannya,
tanpa mempertimbangkan konsekuensinya.
3.
Perkembangan anak usia 3-4 tahun
Pada usia ini anak juga masih mengalami perkembangan pesat dalam
banyak hal. Anak mengalami peningkatan yang cukup berarti baik dalam
perkembangan perilaku motorik, berpikir fantasi, maupun dalam kemampuan
mengatasi frustasi. Anak dapat menguasai semua jenis gerakan-gerakan tangan
kecil, dapat memungut benda-benda kecil, dapat memegang benda, dan dapat
memasukkan benda ke lubang-lubang kecil, anak juga memiliki keterampilan
memanjat atau menaiki benda-benda secara lebih sempurna. Meskipun sifat
egosentrisnya masih melekat pada anak seusia ini, biasanya sudah bisa bekerja
dalam suatu aktivitas tertentu dengan cara-cara yang lebih dapat diterima
secara sosial daripada sebelumnya. Aktivitas-aktivitas bermain bersama sudah
dapat dilakukan secara lebih lama oleh anak seusia ini.
Pada usia ini
anak memiliki kehidupan fantasi yang kaya dan menuntut lebih banyak
kamandirian. Dengan kehidupan fantasi yang dimilikinya ini, anak memperlihatkan
kesiapan untuk mendengarkan cerita-cerita secara lebih lama. Anak menyenangi
dan menghargai sajak-sajak sederhana, begitupun kemandirian yang dituntutnya
membuat ia tidak mau banyak diatur dalam kegiatan-kegiatannya. Tingkat frustasi
usia ini cenderung menurun bila dibanding sebelumnya, hal ini disebabkan adanya
peningkatan kemampuan dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialaminya
secara lebih aktif, di samping juga karena peningkatan kemampuan dalam
mengekspresikan keinginan-keinginannya kepada orang lain.
4.
Perkembangan anak usia 4 – 5 tahun
Rasa ingin tahu dan sikap antusias yang kuat
terhadap segala sesuatu merupakan cirri yang menonjol pada anak usia sekitar
4-5 tahun. Anak memiliki sikap berpetualang (adventurousness) yang begitu kuat.
Anak akan banyak memperhatikan, membicarakan, atau bertanya tentang berbagai
hal yang sempat dilihat atau didengarnya. Secara khusus, anak pada usia ini
juga memiliki keinginan yang kuat untuk lebih mengenal tubuhnya sendiri, anak
senang dengan nyanyian, permainan, dan/atau rekaman yang membuatnya untuk lebih
mengenal tubuhnya. Minatnya yang kuat untuk mengobservasi lingkungan dan
benda-benda di sekitarnya membuat anak seusia ini senang ikut bepergian ke
daerah-daerah sekitar lingkungannya. Anak akan sangat mengamati bila diminta
untuk mencari sesuatu, karenanya pengenalan terhadap binatang-binatang piaraan
dan lingkungan sekitarnya dapat merupakan pengalaman yang positif untuk
pengembangan minat keilmuan anak.
Berkenaan dengan pertumbuhan fisik, anak usia ini masih perlu aktif melakukan berbagai aktivitas. Kebutuhab anak untuk melakukan berbagai aktivitas ini sangat diperlukan baik bagi pengembangan otot-otot kecil maupun otot-otot besar. Pengembangan otot-otot kecil ini terutama diperlukan anak untuk menguasai keterampilan-keterampilan dasar akademik, seperti belajar menggambar dan menulis. Anak masih tidak dapat berlama-lama untuk duduk dan berdiam diri, menurut Berg (Solehuddin: 2000) sepuluh menit adalah waktu yang wajar bagi anak usia dini sekitar 5 tahun ini untuk dapat duduk dan memperhatikan sesuatu secara nyaman. Gerakan-gerakan fisik tidak sekedar penting untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan fisik, melainkan juga dapat berpengaruh positif terhadap pertumbuhan rasa harga diri (self esteem) dan bahkan perkembangan kognisi.
Berkenaan dengan pertumbuhan fisik, anak usia ini masih perlu aktif melakukan berbagai aktivitas. Kebutuhab anak untuk melakukan berbagai aktivitas ini sangat diperlukan baik bagi pengembangan otot-otot kecil maupun otot-otot besar. Pengembangan otot-otot kecil ini terutama diperlukan anak untuk menguasai keterampilan-keterampilan dasar akademik, seperti belajar menggambar dan menulis. Anak masih tidak dapat berlama-lama untuk duduk dan berdiam diri, menurut Berg (Solehuddin: 2000) sepuluh menit adalah waktu yang wajar bagi anak usia dini sekitar 5 tahun ini untuk dapat duduk dan memperhatikan sesuatu secara nyaman. Gerakan-gerakan fisik tidak sekedar penting untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan fisik, melainkan juga dapat berpengaruh positif terhadap pertumbuhan rasa harga diri (self esteem) dan bahkan perkembangan kognisi.
Keberhasilan anak dalam menguasai
keterampilan-keterampilan motorik dapat membuatnya bangga akan dirinya. Begitu
juga gerakan-gerakan fisik dapat membantu anak dalam memahami konsep-konsep
yang abstrak, sama halnya dengan orang dewasa yang memerlukan ilustrasi untuk
memahami konsep hamper sepenuhnya tergantung pada pengalaman-pengalaman yang
bersifat langsung (hand-on experiences). Sejalan dengan perkembangan
keterampilan fisiknya, anak semakin berminat dengan teman-temannya. Anak mulai
menunjukkan hubungan dan kemampuan kerja sama yang lebih intens dengan
teman-temannya, biasanya ia memilih teman berdasarkan kesamaan aktivitas dan kesenangan.
Abilitas untuk memahami pembicaraan dan pandangan orang lain semakin meningkat
sehingga keterampilan komunikasinya juga meningkat. Penguasaan keterampilan
berkomunikasi membuat anak semakin senang bergaul dan berhubungan dengan orang
lain. Sampai di usia ini anak masih memerlukan waktu dan cara yang tidak
terstruktur untuk mempelajari sesuatu serta untuk mengembangkan minat dan
kesadarannya akan bahan-bahan tertulis.
Anak-anak usia 2-4 tahun menurut Musthafa (2002) mempunyai ciri:
1.
Anak-anak prasekolah mempunyai kepekaan bagi perkembangan
bahasanya;
2.
Mereka menyerap pengetahuan dan keterampilan berbahasa dengan cepat
dan piawai dalam mengolah input dari lingkungannya;
3.
Modus belajar yang umumnya disukai adalah melalui aktivitas fisik
dan berbagai situasi yang bertautan langsung dengan
minat dan pengalamannya;
4.
Walaupun mereka umumnya memiliki rentang perhatian yang pendek,
mereka gandrung mengulang ngulang kegiatan atau permainan yang
sama;
5.
Anak-anak prasekolah ini sangat cocok dengan pola pembelajaran
lewat pengalaman konkret dan aktivitas motorik.
Sementara itu, santoso (2000) mengemukakan
pula beberapa karaktrestik anak pra sekolah, yaitu: (a) suka meniru, (b) ingin
mencooba, (c) spotan, (d) jujur, (e) riang, (f) suka bermain, (g) ingin tahu (suka
bertanya), (h) banyak gerak, (i) suka menunjuk akunya, dan (j) unik. Sebagai indivdu yang sedang berkembang, anak memiliki sifat suka
meniru tanpa mempertimbangkan kemampuan yang ada padanya. Hal ini didorong oleh
rasa ingin tahu dan ingin mencoba sesuatu yang diminati, yang kadang kala
muncul secara spontan. Sikap jujur yang menunjukan kepolosan seorang anak
merupakan ciri yang juga dimiliki oleh anak. Kehidupan yang dirasakan anak
tanpa beban menyebabkan anak selalu tampil riang, anak dapat bergerak dan
beraktivitas. Dalam aktifitas ini, anak cenderung pula menunjukkan sifat
akunya, dengan mengakibatkan apa yang dimiliki oleh teman lain. Akhirnya sifat
unik menunjukan bahwa anak merupakan sosok individu yang kompleks yang memiliki
perbedaan dengan individu lainnya. Pemahaman guru tentang karakteristik anak
akan bermanfaat dalam upaya menciptakan lingkungan belajar yang mendukung
perkembangan anak
B.
Hakikat Bimbingan dan Penyuluhan
Bimbingan dan konseling merupakan
terjemahan dari istilah “guidance” dan “counseling” dalam bahasa
Inggris. Secara harfiah istilah “guidance” berasal dari akar kata “guide”
yang berarti : (1) mengarahkan (to direct), (2) memandu (to pilot),
(3) mengelola (to manage), dan (4) menyetir (to steer).
Sedangkan ”counseling”
menurut Shertzer dan Stone dalam Fundamentals of Guidance (1981) (Yusuf, 2009). Konseling
adalah proses interaksi antara konselor dan konseli agar konseli mampu memahami
diri dan lingkungannya sehingga pada akhirnya konseli mampu membuat keputusan
dan/atau menentukan tujuan dan memilih nilai untuk perilakunya di masa depan.
Definisi tersebut dipertegas
dalam Panduan Pengembangan Diri
(Permendiknas No. 22 Tahun 2006) yang
menyebutkan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan usaha membantu
peserta didik dalam pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan
belajar, serta perencanaan dan pengembangan karir. Pelayanan bimbingan dan
konseling memfasilitasi pengembangan peserta didik, secara individual,
kelompok sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, perkembangan, kondisi,
serta peluang-peluang yang dimiliki.
Menurut Syaodih, E
(2004) ada beberapa ciri bimbingan dan konseling bagi anak usia dini yang dapat
dijadikan rujukan bagib guru atau pendamping, yaitu:
1. Proses
bimbingan dan konseling harus disesuaikan dengan pola pikir dan pemahaman anak.
2. Pelaksanaan
bimbingan terintegrasi dengan pembelajaran.
3. Waktu
pelaksanaan bimbingan sangat terbatas.
4. Pelaksanaan
bimbingan dilaksanakan dalam nuansa bermain.
5. Adanya
ketertiban teman sebaya.
Di lihat dari jenisnya program bimbingan
dan konseling, terdiri dari lima jenis program, yaitu:
1)
Program tahunan, yaitu program pelayanan bimbingan dan konseling
meliputi seluruh kegiatan selama satu tahun untuk masing-masing kela di
sekolah/madrasah.
2)
Program semester, yaitu program layanan bimbingan dan konseling
meliputi seluruh kegiatan selama satu semester yang merupakan jabaran program
semesteran.
3)
Program bulanan, yaitu program pelayanan bimbingan dan konseling
meliputi seluruh kegiatan selama satu bulan yang merupakan jabaran program
semesteran.
4)
Program mingguan, yaitu program pelayanan bimbingan dan konseling
meliputi seluruh kegiatan selama satu minggu yang merupakan jabaran program
bulanan.
C.
Konsep, Prinsip dan fungsi BP pada AUD
1.
Konsep Bimbingan dan Penyuluhan
BK adalah suatu
lembaga disekolah yang bertugas membimbing dan melayani konseling memecahkan
permasalahan seperti mengatasi siswa-siswa yang mempunyai masalah, BK juga
membantu tercapainya segala aspek-aspek
pertumbuhan dan perkembangan
siswa. Baik aspek akademik, bakat dan minat, emosional, sosial dengan
teman, penyesuaian diri di lingkungan yang baru, menemukan jati diri dan
sebagainya, tentunya akan lebih baik jika proses pelaksanaanya diarahkan sejak
dini agar tercapai segala aspek-aspek pertumbuhan dan perkembangan siswa yang
maksimal.Dari semua itu disinilah perlunya guru Bimbingan dan Konseling (BK) di
PAUD/TK dalam membantu mengidentifikasi permasalahan peserta didik dan membantu
tercapainya segala aspek perkembangan peserta didik di PAUD/TK.
Lembaga tersebut
bertanggung jawab terhadap perkembangan
fisik, motorik, kognitif, dan mental spiritual. Agar apa yang dibebankan kepada
guru PAUD/TK dapat dilaksanakan sesuai dengan harapan maka diperlukan bimbingan
dan konseling (BK) dilembaga tersebut. Program BK ini sebenarnya sama
pentingnya dengan program BK di sekolah menengah.sama sama memiliki tujuan yang
sama yaitu, membantu peserta didik agar bisa berkembang sesuai bakat, minat serta kemampuannya secara
optimal serta dapat mencegah terjadinya masalah yang mingkin akan muncul pada
peserta didik.
Kebutuhan akan layanan bimbingan di taman
kanak-kanak muncul dari karakteristik dan masalah-masalah perkembangan yang
terjadi pada masa kanakkanak. Pada masa
perkembangan anak taman kanak-kanak, masalah dapat menghambat pencapaian
perkembangan masa berikutnya, dan juga mempengaruhi aspek-aspek perkembangan
lainnya. Layanan bimbingan sebagai suatu upaya bantuan yang diberikan guru
pada anak dilaksanakan secara bersama-sama dengan proses pembelajaran yang
terjadi. Artinya guru pada saat mengajar dapat pula berperan sebagai pembimbing
anak. Layanan bimbingan memiliki beberapa fungsi dan prinsip-prinsip yang dapat
dijadikan pedoman dalam pelaksanaan bimbingan di taman kanak-kanak.
2. Prinsip-prinsip Bimbingan dan
Konseling untuk Anak Usia Dini
1) Bimbingan merupakan
bagian penting dari proses pendidikan
2) Bimbingan diberikan
kepada semua anak dan bukan hanya untuk anak yang menghadapi masalah
3) Bimbingan merupakan
proses yang menyatu dalam semua kegiatan pendidikan
4) Bimbingan harus
berpusat pada anak yang dibimbing
5) Kegiatan bimbingan,
mencakup seluruh kemampuan perkembangan anak yang meliputi kemampuan
fisik-motorik, kecerdasan, social maupun emosional
6) Bimbingan harus
dimulai dengan mengenal (mengidentifikasi) kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan
anak
7) Bimbingan harus
fleksibel dan sesuai dengan kebutuhan serta perkembangan anak
8) Dalam menyampaikan
pemasalahan anak kepada orang tua hendaknya menciptakan situasi aman dan
menyenangkan, sehingga memungkinkan terjadinya komunikasi yang wajar dan
terhindar dari kesalahpahaman
9) Dalam melaksanakan
kegiatan bimbingan hendaknya orang tua diikutsertakan agar mereka dapat
mengikuti perkembangan dan memberikan bantuan kepada anaknya dirumah
10) Bimbingan dilakukan seoptimal
mungkin sesuai dengan kemampuan yang dimiliki guru atau pendamping sebagai
pelaksana bimbingan, bilamana masalah yang terjadi perlu ditindak lanjuti, maka
guru pembimbing harus mengonsultasikan kepada kepala sekolah dan tenaga ahli
11) Bimbingan harus
diberikan secara berkelanjutan
3. Fungsi Bimbingan dan
Konseling untuk Anak Usia Dini
1. Fungsi pemahaman
Fungsi pemahaman yaitu
usaha bimbingan yang dilakukan guru atau pendamping untuk menghasilkan
pemahaman yang menyeluruh tentang aspek-aspek sebagai berikut:
a) Pemahaman diri anak
didik terutama oleh orang tua dan guru,
b) Hambatan atau masalah
yang dihadapi anak,
c) Lingkungan anak yang
mencakup keluarga dan tempat belajar,
d) Lingkungan yang lebih
luas diluar rumah dan sekolah
e) Cara-cara penyesuaian
dan pengembangan diri.
2.
Fungsi Pencegahan
Fungsi pencegahan yaitu usaha bimbingan yang
dapat mencegah anak didik dari berbagai permasalahan yang dapat mengganggu,
menghambat ataupun menimbulkan kesulitan-kesulitan dalam proses perkembangan
nya. Bimbingan di taman kanak-kanak berfungsi memberikan pencegahan terhadap
berbagai kemungkinan yang dapat di alami anak didik selama proses perkembangan.
Kemungkinan tersebut dapat berupaya masalah yang berkaitan dengan kondisi
sosial, emosional, atau kemampuan beradaptasi dengan lingkungan secara lebih
luas. Dalam melaksanakan fungsi pencegahan, guru dapat melakukan dengan
berbagai teknik, diantaranya dengan bercerita atau bermain peran.
3.
Fungsi Perbaikan
Fungsi ini yaitu usaha bimbingan yang di
arahkan pada terselesaikanya berbagai hambatan atau kesulitan yang di hadapi
anak didik. Kesulitan anak seberapapun kecilnya akan senantiasa mempengaruhi
aktivitas dan perkembangan anak. Bilamana anak mengalami kesulitan, terlihat
dari perubahan sikap yang ditunjukan anak sehari-hari. bila kesulitan anak ini
di biarkan maka akan lebih mengganggu aktiviotas anak ini dalam keseharian nya
dan mempengaruhi proses pengembangannya selnjutnya. Upaya bimbingan juga
diarahkan untuk memperbaiki berbagai hambatan atau kesulitan yang di hadapi
anak.
4. Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan
Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan ini yaitu
usaha bimbingan yang diharapkan dapat terpeliharanya dan berkembangnya berbagai
potensi dan kondisi positif anak didik dalam rangka perkembangan dirinya secara
mantap dan berkelanjutan. Bimbingan tidak hanya di arahkan pada upaya membantu
mengurangi berbagai kesulitan yang dihadapi anak didik, tetapi usaha bimbingan
juga berfungsi untuk senantiasa memelihara berbagai potensi dan kondisi yang
baik yang sudah dimiliki anak. Pemeliharaan ini menjadi penting artinya karena
anak perlu selalu berada dalam kondisi kondusif dalam upaya pengembangan
dirinya. Selain dari itu, dengan pemeliharaannya potensi dan kondisi yang
positif anak, anak perlu di kembangkan seoptimal mungkin. Upaya bimbingan dalam
pengembangan kemampuan anak harus berorientasi pada kemampuan yang dimiliki
anak.
D.
Permasalahan perkembangan anak dan penangannya,
1.
Pengertian permasalahan anak
Permasalahan
anak-anak adalah sesuatu yang mengganggu kehidupan anak, yang timbul karena
ketidakselarasan pada perkembang- nya. Pada anakanak prasekolah perilaku yang dapat dipandang sebagai
normal untuk usia tertentu juga sulit dibedakan dari perilaku yang bermasalah.
Perilaku bermasalah mungkin digunakan untuk mengidentifikasikan membesarnya
frekuensi atau intensitas perilaku tertentu sampai pada tingkatan yang
mengkhawatirkan (Campbell, dalam Rita Eka Izzaty:2005).
Ada tiga
kriteria yang bisa dijadikan acuan untuk melihat apakah perilaku itu normatif
atau bermasalah, yaitu kriteria statistik rata-rata, kriteria sosial dan
kriteria penyesuaian diri. Menurut (Rita Eka Izzaty: 2005)
yang dimaksud dengan kriteria statistik adalah perkembangan rata-rata fisik
seseorang yang sesuai dengan norma statistik. Kriteria sosial adalah tingkah
laku yang dianggap menyimpang dari aturan sosial suatu daerah. Kemudian yang
dimaksud dengan kriteria penyesuaian diri adalah kemampuan individu
menyesuaikan diri. Perilaku yang dianggap meresahkan atau mengganggu diri sendiri
ataupun orang lain dianggap tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan
sekitar.
2. Jenis-Jenis
Masalah Perkembangan Anak Usia Dini
a. Aspek Fisik Motorik
Banyak sekali permasalahan yang sering terjadi
dalam proses perkembangan fisik motorin anak, daintaranya Tangan kidal, berjalan pincang, buta, tuli, bisu, berbadan gemuk,
berambut keriting, cerebral
fals, tidak seimbangnya koordinasi tubuh dll. Berikut beberapa permaslhan
perkembangan fisik motorik beserta penangananna:
1)
Malnutrisi (Kurang gizi)
Cara menanganinya : Anak yang mengalami malnutrisi akan tampak pada
penampilan fisiknya. Dibutuhkan kombinasi antara pengaturan pola makan dan
asupan makanan serta kepedulian orang tua untuk melihat adanya tanda- tanda
kekurangan gizi pada anak. Dengan pemberian program “4 sehat 5 sempurna”.
2)
Obesitas (Kelebihan Berat Badan)
Cara menanganinya: Ada banyak faktor yang dapat
memicu obesitas, salah satunya adalah faktor keturunan, Jika anak malas
bergerak maka lemak akan tertimbun dan membuat tubuh menjadi gemuk. Seiring
dengan perkembangan IPTEK anak zaman sekarang cenderung malas bergerak, olah raga
juga bukan menjadi kebiasaan hidup mereka. Anak yang mengalami obesitas umumnya
memiliki rasa percaya diri yang rendah. Dari faktor kesehatan, obesitas juga
memicu berbagai penyakit, seperti darah tinggi dan diabetes. Cara terbaik yang
bias dilakukan ialah dengan mengatur pola makan anak dan rajin mengajak anak
untuk berolahraga.
3)
Ketidakmampuan mengatur keseimbangan
Cara menaganinya: Anak- anak yang mengalami
kesulitan dalam mengatur keseimbangan tubuhnya biasanya juga memiliki kesulitan
dalam mengontrol gerakan anggota tubuh sehingga terkesan gerakannya ragu- ragu
dan tampak canggung. Masalah pengaturan keseimbangan tubuh ini berhubungan
dengan sistem vestibular atau sistem yang mengatur keseimbangan di dalam tubuh.
Jika tidak segera ditangani, kesulitan ini akan dibawa terus oleh anak sampai
saat mereka sekolah dan akan mengakibatkan masalah lain, yaitu dalam hal
membaca dan menulis.
4)
Reaksi kurang cepat dan koordinasi kurang baik
Cara menanganinya : Salah satu perkembangan motorik pada anak yang
perlu diperhatikan adalah kemampuan bereaksi yang semakin cepat, koordinasi
mata-tangan yang semakin baik, dan ketangkasan serta kesadaran terhadap tubuh
secara keseluruhan. Namun, ada anak yang lambat dalam bereaksi. Koordinasi
gerakannya juga tampak kacau sehingga sering kali disebut “ceroboh” dan menjadi
bahan ejekan temannya. Hal yang menyebabkan masalah tersebut ada 2 yaitu karena
anak kurang diberi kesempatan untuk berlatih dan ada kemungkinan anak mempunyai
masalah dalam syaraf motoriknya. Untuk alasan yang terakhir ini orang tua perlu
mengkonsultasikannya dengan dokter.
b.
Aspek Bahasa
Berbahasa merupakan keterampilan dalam
mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Untuk anak usia TK, keterampilan
yang diutamakan adalah mendengar dan berbicara. Masalah
berbahasa yang dialami anak usia Taman Kanak-kanak berawal dari ketidakmampuan
mendengar dan memahami bahasa lisan yang diucapkan orang-orang di
sekelilingnya. Permasalahan tersebut salah satunya juga disebabkan berbedanya
budaya di sekitar kita yang tidak membiasakan orang untuk mengekspresikan
perasaannya karena hal itu dianggap sebagai sesuatu yang memalukan. Kebudayaan
tersebut mengakibatkan anak-anak kita tidak mampu mampu mengutarakan isi
hatinya dengan kalimat-kalimatnya.
Cara menanganinya dengan melalui pemberian bahasa pertama yakni
bahasa ibu,pada masa fase bayi,dimana bahasa ini anak mudah mengenal
bahasa,dimana anak dapat mendengar dan mudah memahami bahasa lisan. Ketika
anak sudah bisa mengenal dan paham arti bahasa ibunya, maka perkenalkanlah
bahasa budaya sekitar sedikit-demi sedikit,agar anak tidak kacau dalam
berbahasa.
kemudian bicaranya juga belum jelas serta ada juga yang mengalami
masalah gagap.
Ketidakmampuan anak dalam berbahasa sangat
mempengaruhi kemampuan bicara anak pada tahap perkembangan selanjutnya yang
bisa dimungkinkan juga mempengaruhi hubungan sosial mereka dengan orang lain.
Cara menanganinya: Gagap bicara pada anak bisa
diatasi dengan Usahakan saat bicara posisi kita sejajar dengan anak, dalam
suasana tenang dan santai, sabar mendengarkan dia bicara, dan jangan terlalu
memperhatikan kegagapannya, Menenangkan hati anak, Membiarkan anak memakai
tangan kirinya untuk melakukan semua aktivitasnya, Jangan memotong pembicaraan
anak sewaktu anak belum selesai berbicara walaupun bicaranya terputus-putus,
Melakukan terapi bicara.
1)
Kuarang mengerti perkataan orang tua dan guru
Cara menangani : Memahami Anak
Sebagai Pribadi yang Berkembang, Memahami
anak sebagai pribadi yang berkembang yang dimaksudkan di sini adalah setiap
anak mempunyai tahapan demi tahapan dalam berkembang. Sudah tentu, tahapan
perkembangan anak sangat berbeda dengan cara berpikir dan memahami segala
sesuatu yang dimiliki orangtuanya. Dalam hal ini, orangtua tidak bisa
memaksakan kehendak terhadap anaknya agar mengikuti cara berpikir dan memahami
sesuatu sebagaimana orangtuanya. Jika memang orangtuanya menghendaki sang anak
melakukan apa yang menjadi harapannya hendaknya disesuaikan dengan tahapan
perkembangan sang anak.
2)
Berbohong
Cara menanganinya : Ajarkan nilai-nilai moral
yang berlaku di lingkungan melalui cerita pendek yang dapat dengan mudah
dipahami dan diingat oleh anak Anda. Berikan umpan balik tentang dampak
perilaku bohong anak Anda terhadap dirinya dan orang lain. Jelaskan pada anak
Anda tentang bagaimana cara Anda mengetahui dengan pasti ketika Ia berbohong,
sehingga anak Anda akan sadar atas perbuatannya dan berusaha untuk tidak
mengulanginya kembali. Cari tahu penyebab kenapa anak Anda berbohong, apakah Ia
sedang ingin mendapatkan perhatian orang lain, untuk menghindari rasa malu atau
menghindari hukuman, dan sebagainya agar dapat mencegah munculnya perilaku berbohong
anak di kemudian hari.
c. Aspek Kognitif
Permasalahan perkembangan kognitif yang sering
terjadi pada anak usia dini diantaranya yaitu berfikir irrasional, pikiran
negatif, suka menyalahkan orang lain dan menganggap dirinya paling benar, tidak
mau belajar, malas masuk sekolah, sulit menghafal kata dan nama benda,
memperhatikan pelajaran, terlambat berfikir pelupa, dan rasa ingin tahu yang
rendah.
1)
Anak tidak mampu memahami prespektif atau cara berpikir orang lain
(egosentris), seperti ketika menggambar anak menunjukkan gambar ikan dari sudut
pengamatannya.
Cara menanganinya dengan melalui pemberian obyek yang nyata pada
anak karena anak masih berfikir secara abstrak.
2)
Anak belum mampu berpikir kritis tentang apa yang ada dibalik suatu
kejadian, seperti anak tidak mampu menjawab alasan mengapa menyusun balok
seperti ini dll.
Cara menangani: Berpikir kritis, menjadi kebutuhan individu sejak
dini agar mereka mampu menjalani segalanya secara benar. Berpikir kritis adalah
kemampuan dan kesediaan untuk membuat penilaian terhadap berbagai pernyataan
dan mengambilkan keputusan yang didasarkan pada alasan dan fakta yang memiliki
dukungan yang baik, bukan berdasarkan emosi atau anekdot. Berfikir kritis itu
bisa muncul dari seseorang yang selalu memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.
Tanpa memiliki rasa ingin tahu yang tinggi
seseorang tak akan pernah bisa berfikir kritis. Karena pada dasarnya berpikir
kritis itu adalah suatu cara untuk memberdayakan ketrampilan atau strategi
kognitif dalam mencapai tujuan tertentu.maka dari itu para guru dan orang tua
memberikan pejelasan,manfaat maupun tujuan pada anak mengenai obyek yang
dibuatnya sendiri.agar anak lebih mudah paham tentang obyek yang dibuatnya.
3)
Anak sulit berimajinasi
Cara Menangani: upaya seorang guru Taman
kanak-kanak untuk mengatasi anak yang sulit berimajinasi pada saat menggambar.
Strategi yang diterapkan guru tersebut anatara lain: memberikan kebebasan
kepada anak untuk menggambar sesuatu sesuai dengan minat anak, mengajak anak
keluar kelas, kemudian meminta anak untuk bercerita dan menggambarkan apa yang
ditemukan di lapangan.
d.
Aspek Sosial
Emosional
Perkembangan psikis dan sosial anal-anak erat hubungannya dengan
perkembangan jati diri anak. Permasalahan psiko-sosial anak bisa berasal dari
dalam diri anak itu sendiri maupun yang berhubungan dengan orang lain.
Permasalahan psiko-sosial yang terjadi anak-anak usia taman Kanak-kanak bukan
merupakan hal yang permanen. Hal ini perlu kita maklumi karena anak-anak usia
TK proses berpikirnya masih dalam periode pra-operasional dimana anak masih
sangat dominan dengan sifat egosentrisnya.
Permasalahan sosio-emosional yang terjadi pada anak-anak usia Taman
Kanakkanak termasuk permasalahan psikologis. Permasalahan sosio-emosional anak
juga berasal dari dalam dirinya dan berhubungan dengan orang lain.
Masalah-masalah sosio-emosional anak TK antara lain:
1)
Sukar berhubungan dengan orang lain, seperti takut pada orang
dewasa selain orang yang sudah dikenalnya, kemudian takut sekolah yang
dimungkinkan anak takut dengan guru atau belum siap berpisah dari orang tuanya.
2)
Mudah menangis
3)
Sering membangkan jika keinginannya tidak dituruti
4)
Tidak mau bergaul dengan temannya
5)
Mau menang sendiri
6)
Belum memiliki pemahaman tentang konsep dan peran jenis kelamin
7)
Belum dapat mengikuti secara penuh aturan-aturan yang ada
Contoh
permasalahan lain dan cara menanganinya:
1.
Penakut
Setiap anak memiliki rasa takut, namun jika berlebihan dan tidak
wajar maka perlu diperhatikan. Rasa takut anak TK biasanya terhadap hewan,
serangga, gelap, dokter atau dokter gigi, ketinggian, monster, lamunan,
sekolah, angin topan, dll.
Cara menanganinya dengan melalui kegiatan aktifitas dengan penuh
tantangan agar anak bebas dari rasa takutnya selain itu juga dapat pula
dilakukan untuk Memanfaatkan imajinasi anak untuk menumbuhkan keberanian
2.
Agresif
Agresif adalah tingkah laku menyerang baik secara fisik maupun
verbal atau melakukan ancaman sebagai pernyataan adanya rasa permusuhan. Perilaku
tersebut cenderung melukai anak lain seperti menggigit, mencakar, atau memukul.
Bertambahnya usia diekspresikan dengan mencela, mencaci dan memaki.
Cara menanganinya dengan melalui :
Bermain peran, belajar mengenal perasaan, belajar berteman melalui permainan
beregu, beri
penguatan jika anak berperilaku tepat dengan temannya, Perbanyak
kegiatan yang menggunakan gerakan motorik.
3.
Pemalu
Pemalu adalah reaksi emosional yang tidak menyenangkan, yang timbul
pada seseorang, akibatnya adanya penilaian negatif terhadap dirinya.
Cara menanganinya dengan melalui :
Melibatkan anak pada kegiatan yang menyenangkan, belajar
bergabung melalui permainan, mengajar cara mulai berteman, dorong
anak berpartisipasi dalam kelompok
Seiring dengan perkembangan sosial,
anak-anak usia prasekolah juga mengalami perkembangan moral. Adapun yang
dimaksud dengan perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan
aturan dan konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam
interaksinya dengan orang lain. Anak-anak ketika dilahirkan tidak memiliki
moral (imoral). Tetapi dalam dirinya terdapat potensi moral yang siap
berinteraksi dengan orang lain (dengan orang tua, saudara dan teman sebaya),
anak belajar memahami tentang perilaku mana yang baik, yang buruk, yang boleh
dikerjakan dan tingkah laku mana yang buruk, yang tidak boleh dikerjakan
e. Aspek Moral dan Nilai Agama
Dalam mengatasi kenakalan anak yang paling dominan mengendalikan
adalah dari keluarga, karena merupakan lingkungan yang paling pertama ditemui
seorang anak. Di dalam menghadapi kenakalan anak pihak orang tua
kehendaknya dapat mengambil dua sikap bicara yaitu :
1)
Sikap/cara yang bersifat preventif
Yaitu
perbuatan/tindakan orang tua terhadap anak yang bertujuan untuk menjauhkan si
anak dari pada perbuatan buruk atau dari lingkungan pergaulan yang buruk. Dalam
hat sikap yang bersifat preventif, pihak orang tua dapat memberikan/mengadakan
tindakan sebagai berikut:
a.
Menanamkan rasa disiplin dari ayah terhadap anak.
b.
Pencurahan kasih sayang dari kedua orang tua terhadap anak.
c.
Menjaga agar tetap terdapat suatu hubungan yang bersifat intim
dalam satu ikatan keluarga.
d.
Disamping keempat hal yang diatas maka hendaknya diadakan pula :
f.
Penyaluran bakat si anak ke arab pekerjaan yang berguna dan
produktif, supaya kepribadian dan kreatifitas anak terasah.
g.
Rekreasi yang sehat sesuai dengan kebutuhan jiwa anak.
h.
Pengawasan atas lingkungan pergaulan anak sebaik-baiknya.
2. Sikap/cara
yang bersifat represif
Yaitu pihak orang tua hendaknya ikut
serta secara aktif dalam kegiatan sosial yang bertujuan untuk menanggulangi
masalah kenakalan anak seperti menjadi anggota badan kesejahteraan keluarga dan
anak, ikut serta dalam diskusi yang khusus mengenai masalah perlindungan
anak-anak. Selain itu pihak orang tua terhadap anak yang bersangkutan dalam
perkara kenakalan hendaknya mengambil sikap sebagai berikut :
a.
Mengadakan introspeksi sepenuhnya akan
kealpaan yang telah diperbuatnya sehingga menyebabkan anak terjerumus dalam
kenakalan anak.
b.
Memahami sepenuhnya akan latar belakang daripada masalah kenakalan
yang menimpa anaknya.
c.
Meminta bantuan para ahli (psikolog atau petugas sosial) di dalam
mengawasi perkembangan kehidupan anak,
apabila dipandang perlu.
d.
Membuat catatan perkembangan pribadi anak sehari-hari
e.
Mencuri dalam hal ini mengambil barang tanpa izin yang punya
f.
Merusak, ditampilkan dalam bentuk tingkah laku sengaja merusak
mainan teman.
Cara menanganinya dengan Sikap tegas akan membuat anak tak ingin
melanggar aturan. Sedangkan sikap galak hanya membuat anak takut. Katakan apa
yang tidak boleh dilakukan dengan nada bicara yang tidak menekan dan jelas,
sehingga anak dapat memahaminya dengan baik. Hindari kata-kata negatif seperti
“Jangan” atau “Tidak boleh”. Lebih baik gunakan kalimat positif, mencuri dan
merusak mainan teman itu tindakan yang yang dilarang oleh Allah, dan berdosa.
Allah tidak menyukai anak yang suka berbuat dosa.
BAB III
PROFIL SEKOLAH
A. INFORMASI SEKOLAH
1.
Profil Sekolah
Nama
Sekolah : TKQ Daarul Muttaqien
No.
Statistik Sekolah : 401.2.32.15.0133
Propinsi : Jawa Barat
Kabupaten : Karawang
Desa
/
Kelurahan : Poponcol Kidul
Kecamatan : Karawang Barat
Jalan : Jl. Suryadi Pati RT 04 RW
02 Poponcol Kidul
Kode
Pos : 41361
Akreditasi : B
Surat
Kelembagaan : No.4736/10432/1/2009
2.
VISI DAN
MISI
VISI
Mewujudkan Generasi Penerus yang Berilmu, Bertaqwa dan Berakhlak
Mulia
MISI
1.
Menanamkan nilai
agama sejak dini dengan kegiatan yang menyenangkan
2.
Mengembangkan
kreatifitas anak dengan berbagai media pembelajaran
3.
Mengembangkan
kemampuan dasar anak melalaui kegiatan bermain yang menyenangkan
4.
Mengembangkan
kemampuan sosial, emosional dan kerjasama melalui kegiatan yang menarik.
B.
INFORMASI KELAS DAN SEKOLAH
Tabel 1
Sarana dan Prasarana
No
|
Fasilitas
|
F
|
Keadaan
|
1
|
Kelas
|
2
|
Cukup
|
2
|
Taman Bermain
|
1
|
Sedang
|
4
|
Kantor
|
1
|
Kurang
Baik
|
5
|
WC
|
2
|
Kurang Baik
|
C.
INFORMASI GURU
Tabel 2
Keadaan Guru pada TKQ Darul Muttaqien Tahun 2016
No
|
Status
Guru
|
F
|
Jumlah
|
1
|
CPNS/PNS
|
1
|
|
2
|
Honor/kontrak
|
2
|
|
3
|
Laki-laki
|
-
|
|
4
|
Perempuan
|
2
|
|
5
|
S1
|
2
|
|
6
|
Sertifikasi
|
-
|
Kepala sekolah : Suhudin, S.Pd
Guru : Nurlina, S.Pd
Cucu Nurhayati
D.
INFORMASI SISWA
Tabel 3
Keadaan Peserta Didik pada TKQ DARUL MUTTAQIEN
No
|
Status
|
F
|
Ket
|
1
|
Laki-laki
|
10
|
|
2
|
Perempuan
|
13
|
|
Jumlah
|
23
|
BAB IV
PROSEDUR
PELAKSANAAN OBSERVASI
A. Pelaksanaan observasi:
Waktu : Selasa, 28 November 2017
Tempat : TKQ DAARUL MUTTAQIEN
Pelaku
asesmen : Atun Hartinah
Sumber data : Pengamatan, Wawancara, dan Dokumentasi
B. Uraian
Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan anak
Berdasarkan hasil observasi saya, di TKQ Daarul Muttaqien siswa-siswi masuk pada pukul 14.00 WIB. Anak-anak datang sebelum jam
masuk dengan atau tanpa diantar oleh keluarganya.
Anak mengikuti kegiatan pembelajaran seperti yang akan diuraikan di
bawah ini. Sedangkan pada jam istirahat, anak-anak bermain di luar dengan alat
permainan outdoor, sebagian ada yang membeli makanan ringan pada penjual yang
ada di halaman ataupun di serambi. Anak-anak
pulang pada pukul 16.00 .
2. Kegiatan guru
Jumlah guru yang ada di TKQ Daarul Muttaqien hanya ada 2 orang. Para guru datang ke Sekolah dan anak-anak sudah menunggu di
depan pintu. Guru membersihkan dan menata ruang kelas kemudian baru memulai
pembelajaran. Ketika pembelajaran selesai, guru merapikan alat-alat yang
digunakan dan membersihkan ruang kelas kemudian berdiskusi dengan guru lainnya
di ruangan kantor baru kemudian pulang.
3. Kegiatan orang tua/pendamping
Sebagian siswa datang tanpa diantar orang tua mereka, karena
umumnya jarak rumah mereka cukup dekat. Namun ada juga anak yang diantar dan
dijemput orang tuanya setiap hari. Pada waktu istirahat, para orang tua siswa
ada yang menyuapi anaknya, ada yang mengobrol dengan wali muridnya yang lain,
ada juga yang mengobrol dengan guru pengajar.
C. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan
pembelajaran berdasarkan hasil observasi yang saya lakukan pada hari Selasa, 28 November 2017 di TKQ Daarul
Muttaqien.
Kegiatan Awal 30 menit yang dilakukan di teras TKQ pukul
14.00-14.30
1)
Berbaris
2)
Berdo’a
3)
Hafalan doa’a sehari-hari
4)
Menyanyi bersama-sama
5)
Menari bersama sambil duduk kemudian sambil berdiri
6)
Mengucapkan salam dengan memakai bahasa Indonesia dan bahasa
Inggris
7)
Kegiatan Inti 60 menit yang dilakukan di tiap-tiap kelas
Berikut adalah kegiatan-kegiatan yang telah saya observasi di kelas
B1. Pada waktu itu, kegiatan intinya adalah bertemakan makanan.
30 menit pertama (pukul 14.30-15.00)
1)
Menghafal asmaul husna
2)
Menghafal rukun islam
3)
Menyanyi lagu-lagu anak (Balonku ada lima)
4)
Menghafal nama nabi dan rasul
5)
Menghafal 4 sehat 5 sempurna
6)
Kemudian guru menjelaskan fungsinya mengapa manusia harus makan
7)
Menyebutkan alat-alat untuk makan
8)
Menyebutkan alat-alat untuk memasak
9)
Menyebutkan makanan yang mengenyangkan
Istirahat 30 menit (pukul 15.00-15.30)
Anak-anak yang selesai mengerjakan tugasnya kemudian memanfaatkan
waktu istirahat selama 30 menit. Ada yang bermain di permainan outdoor, ada
juga yang membeli jajanan dan memakan bekal makanan mereka dengan disuapi atau
tidak oleh orang tua mereka. Namun ada juga yang masih mengerjakan tugasnya
karena belum tugasnya tersebut belum dapat diselesaikan.
30
menit kedua (pukul 15.30-16.00)
Guru membagikan buku lembar kerja dan pensil berwarna kepada
anak-anak kemudian guru memberikan tugas kepada anak-anak berupa:
1)
Belajar menulis
2)
Melengkapi huruf
3)
Mewarnai gambar
4)
Membedakan benda-benda yang berbeda ukuran
Kegiatan Penutup
1)
Anak-anak diminta berkumpul
2)
Menyanyikan lagu sifat-sifat rasul
3)
Menyanyikan lagu rasa sayange
4)
Membaca surat Al ‘Asr
5)
Membaca doa selesai belajar
6)
Mengucapkan salam “Assalamu’alaikum”
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kesimpulan Secara
Umum
Dari kunjungan yang telah kami lakukan maka dapat kami simpulkan bahwa Setiap pembelajaran
berdasarkan kurikulum yang berlaku, kurikulum kemudian dikembangkan.
Pengembangannya disesuaikan dengan kondisi potensi siswa dan kesiapan
guru-guru, jadi dasar pengembangan kurikulumnya dikembangkan dalam bentuk
silabus/ RKM (Rencana Kegiatan Mingguan) kemudian RKH (Rencana Kegiatan
Harian).
Program BK di TKQ Darul Muttaqien belum ada dan guru khusus yang memegang BK,
namun setiap guru senantiasa menjalankan program BK pada setiap kegiatan
pembelajaran di kelas. Walaupun BK tidak
ada di TKQ Darul Muttaqien tetapi guru
di sana melakukan pelayanan yaitu dengan melakukan hubungan yang dekat atau
melakukan pendekatan terhadap pribadi anak sehingga dapat membantu si anak
ketika mereka dalam kesusahan. Dan guru ini melakukan kunjungan rumah itu pun
yang dimaksud dengan kunjungan rumahnya adalah menjenguk siswa atau guru yang
sedang sakit atau kemalangan.
B. Pembahasan
1. Karakteristik Perkembangan
Anak di TKQ Daarul Muttaqien
Setiap anak
memiliki karakteristik tersendiri baik secara potensi maupun irama
perkembangan. Keunikan kemampuan dan perkembangan pada satu anak tidak dapat
disamakan dengan anak-anak lainnya, mereka memiliki khas masing-masing.
Ketika anak berada pada masa taman kanak-kanak, diharapkan anak mampu mencapai
tugas-tugas perkembangan sesuai dengan masa perkembanganya. Ketercapaian salah
satu tugas tersebut dapat menimbulkan kesulitan atau hambatan untuk
melaksanakan tugas pada masa berikutnya.
Karakteristik bimbingan di TK yang dapat dijadikan rujukan guru
adalah sebagai berikut:
1)
Proses bimbingan harus disesuaikan dengan pola pikir dan pemahaman
anak
2)
Pelaksanaan bimbingan terintegrasi dengan pembelajaran
3)
Waktu pelaksanaan bimbingan sangat terbatas
4)
Pelaksanaan bimbingan dilaksanakan dalam masa bermain
5)
Adanya keterlibatan teman sebaya
6)
Adanya keterlibatan orang tua
2. Permasalahan
Perkembangan Anak di TKQ Darul Muttaqien Poponcol Kidul
1. Permasalahan dan Faktor Penyebabnya
a. Masalah yang
dihadapi tidak ada yang begitu menonjol, hanya saja konsentrasi anak yang
pendek sehingga menjadikan proses belajar tidak begitu kondusif.
b. Konsentrasi
anak mudah terbelah dan anak mudah jenuh. Lembaga kekurangan tenanga pengajar
sehingga tidak memiliki guru BK.
c. Lembaga
tidak memiliki wadah untuk menampung permasalahan anak yang dikeluhkan orang tua.
2.
Identifikasi permasalahan
perkembangan anak
Dalam kegiatan
observasi, saya selaku observer melakukan pengamatan terhadap 1 orang peserta
didik yang memiliki masalah dalam proses perkembangannya. Berikut hasil observasi yang telah di lakukan:
a)
Analisis
1.
Nama Lengkap : Ilmira Vania Julyan
2.
Jenis Kelamin : Perempuan
3.
Agama
: Islam
4.
Umur : 5 Tahun
5.
Anak Ke :
1 Dari 2
Bersaudara
6.
Tempat/Tgl Lahir :
Karawang, 15 Juli 2012
7.
Alamat Rumah : Jln. Suryadi Pati RT 03 Rw 01
8.
Warga Negara : Indonesia
Keterangan
Keluarga
1) Ayah
Nama : Yanyan Iskandar
Agama
: Islam
Umur
: 29 Tahun
Alamat
: Jln. Suryadi Pati RT 03 Rw 01
2) Ibu
Nama
: Sherly Mega Sari
Agama
: Islam
Umur
: 28 Tahun
Alamat
:
Jln. Suryadi Pati RT 03 Rw 01
A. Gambaran Tentang Anak:
a.
Hasil Observasi
Hari/Tanggal : Selasa, 28 November 2017
Waktu : 14.00 -16.30
Lokasi : kelas TKQ B
Deskripsi Hasil Observasi
Hari ini Vani melakukan kegiatan menulis bersama teman-teman lainnya. Ia
menunggu giliran sebelum namanya dipanggil untuk mengambil buku tugas, dan
saat ia mendapatkan buku tugas ia mencari tempat bersama teman-temannya
untuk mulai mengerjakan tugas. Vania mulai mengerjakan tugas, selain itu
Vania juga memperhatikan perintah
gurunya tentang tugas apa yang harus dibuat. Vania sangat senang
menulis , walupun teman - temannya berlarian kesana
kemari tapi Vania tetap pokus dengan apa yang diperhatikan gurunya. Vania
ingin segera tugasnya cepat selesai, tetapi Vania malah ketinggalan dalam membuat
tugas dikelas, karena Vania terlihat sangat lamban
dalam menulis walaupun begitu, tulisan Vania sangat rapid an bagus, tidak ada huruf – huruf
yang ketinggalan dalam kata- kata yang di tulis Vania. perlu menjadi
catatan disini, selama mengerjakan tugas Vania tetap fokus. Kemudian Vania dan teman-teman
lain meninggalkan satu persatu untuk menyerahkan tugas, sementara Vania
masih belum setengahnya pada saat itu baris pertama telah selesai,
dan setengah dari baris kedua, tapi Vania tetap fokus dengan tugas yang
dibuatnya. Dan pada akhirnya Vania selesai mengerjakan tugas, jauh
terlambat dari teman – teman lainyana yang telah lebih dulu selesai.
Hasil wawancara
b. Hasil wawancara I
Hari/ Tanggal : Selasa, 28 November 2017
Waktu : 09.50 – 10.00
Sumber : Nurlina ( wali kelas )
Deskripsi hasil wawancara
Wawancara pertama ini bersumber dari wali kelas B, yakni ibu Nur,
Dari hasil wawncara pertama mengatakan Vania adalah anak yang mengalami
keterlambatan bicara. Bila Vani mengucapkan sesuatu atau kalimat
yang membuat orang tidak mengerti apa yang diucapkan oleh Vani,
tetapi dari hasil penuturan wali kelas B, walaupun Vania mengalami gangguan bicara, cara
belajarnya dikelas
cukup bagus. Nilai- nilai tugas yang dibuat oleh Vania juga mendapat nilai yang bagus. Hanya saja
bicara Vania
yang sulit untuk dipahami. Menurut pengakuan wali kelas B , Vania pernah mengalami riwayat penyakit step, dan Vania mengalami sakit yang cukup lama dan Vania sering digendong kemudian
jarang main keluar rumah. Dan sejak itu Vania
mulai sulit untuk berbicara dengan baik, tetapi bila diberi perintah oleh
gurunya dikelas, Vania tetap menggerti dan mengerjakan tugas sesuai dengan tugas yang
dikatakan guru.
Hasil Wawancara II
Hari/ Tanggal : Rabu, 28 November 2017
Waktu : 15.30-16.00
Sumber : Cucu
Deskripsi Hasil wawancara II
Dari hasil wawancara ini kembali dikuatkan bahwa Vania
merupakan anak yang sulit bicara. Sehingga membuat teman-temannya kurang tahu
apa yang diucapkan oleh Vania. walaupun begitu teman-teman Vania memahami Vania.
Teman-teman
Vania
sudah diberitahu oleh wali kelasnya, bahwa Vania kurang dalam bicaranya, tidak
seperti anak-anak seusianya. Bagi wali kelas Vania juga
mengatakan bahwa ada satu titik peningkatan kemajuan dalam kongnitif Vania hal ini mungkin karena adanya pola
asuh yang baik dari orang tua Vania.
B. Analisis Masalah
Setiap anak sebenarnya memiliki ciri dan keunikan masing-masing,
termasuk Vania. Sehingga tidak serta mula setiap anak bisa
digeneralisasikan mendapatkan diagnosis suatu gangguan dikarenakan
apa yang mendominasi terlihat pada perilaku anak tersebut. Dalam kasus Vania,
dari teori yang saya dapatkan, faktor lingkungan juga berpengaruh
terhadap kemampuan berbicara anak. Gangguan bicara anak juga berhubungan erat
dengan area lain yang mendukung seperti fungsi otak , mulut,
dan fungsi pendengaran. Gangguan perkembangan artikulasi meliputi kegagalan
mengucapkan satu huruf sampai beberapa huruf. Sering terjadi penghilangan atau
penggantian bunyi huruf itu sehingga menimbulkan kesan bahwa bicaranya kurang
sempurna. Selain ada juga yang dinamakan dengan afasia, yakni kehilangan
kemampuan untuk bebicara dengan baik dan jelas.
Dalam hal ini Vania juga memiliki
riwayat perkembangan bahasa yang normal, dan memiliki onset setelah trauma
kepala atau gangguan neorologia seperti penyakit step. Setelah mengalami step Vania
mulai sulit untuk mengatur pengucapannya dengan baik. Dari hasil wawancara, Vania
mengalami step cukup lama sehingga kemungkinan berpengaruh pada fungsi otot
mulutnya, sehingga mengakibatkan Vania mengalami keterlambatan berbicara.
C. Sintesis (Kesimpulan Sementara)
Berdasarkan hasil yang dilakukan, didapat hasil bahwa ada beberapa
keterlambatan bicara yang ditunjukan oleh siswa, hal tersebut antara lain yaitu:
a. Mengalami keterlambatan bicara, hal ini
dapat dilihat saat Vania berbicara. Baik kepada gurunya maupun teman-temannya . dan juga
pada saat Bercerita. Meskipun Vania maju kedepan
bercerita, Vania sangat percaya
diri walaupun dia sulit mengucapkan kata-kata.
b. Sulit untuk memulai percakapan dengan
orang lain, seperti saat Vania bertemu dengan orang lain
yang tidak dikenalnaya. Sehingga harus memerlukan bantuan dari gurunya untuk
bisa mengetahui apa ucapan yang dikatakan oleh Vania
c. Tidak dapat melafalkan beberapa huruf
vocal. Dimana dalam hal ini Vania sering tidak lengkap mengucapkan
kata-katanya. Seperti Vania tadi jatuh, maka Vania akan mengatakan gu gus atuh. Sering
kaliamat yang diucapkan Vania tidak sempurna .
d. Mengamuk tiba-tiba ketika tidak merasa
nyaman . tapi Vania bisa stabil ketika gurunya sudah menenangkan.
D. Diagnosis
Ada beberapa yang menyebabkan keterlambatan bicara pada anak,
diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Hambatan pendengaran
Pada beberapa kasus, hambatan pada pendengaran berkaitan dengan
keterlambatan bicara, maka dia akan mengalami hambatan pula dalam memahami,
meniru, dan menggunakan bahasa. salah
satunya adalah karena infeksi telinga.
Hambatan perkembangan pada otak yang menguasai kemampuan oral-motor
Masalah pada oral-motor di otak dapat menyebabkan
adanya ketidakefisienan hubungan daerah otak yang bertanggung jawab menghasilkan
bicara. Akibatnya si anak mengalami kesulitan menggunakan bibir, lidah, bahkan rahangnya untuk menghasilkan bunyi
rangsangan tertentu.
2. Masalah keturunan
Sejauh ini masalah keturunan belum dapat diteliti korelasinya
dengan etologi dari hambatan pendengaran. Namun beberapa kasus, dimana seorang
anak mengalami keterlambatan bicara, ditemukan kasus serupa pada generasi
sebelumnya atau pada keluarganya. Dengan demikian, kesimpulan sementara hanya
menunjukan adanya kemungkinan masalah keturunan sebagai salah satu factor yang
mempengaruhinya.
3. Masalah pembelajaran dan komunikasi dengan
orang tua
Masalah komunikasi dan interaksi dengan orang tua tanpa disadari memiliki
peran penting membuat anak mempunyai kemampuan bicara dan bahasa yang tinggi.
Banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa cara mereka berkomunikasi dengan si
anaklah yang juga membuat si anak tidak banyak mempunyai pembendaharaan kata,
kurang dipacu untuk berpikir logis, analisa atau membuat kesimpulan dari
kalimat-kalimat yang sangat sederhana sekalipun.
4. Anak-anak yang diasuh oleh
orangtua/pengasuh
Yang pendiam seringa kali terjadi kurang terstimulasi. Begitu juga anak-anak
yang setiap hari kegiatannya hanya menonton TV. Anakpun misalnya hanya
menunjuk-nunjuk apa yang diinginkannya.
5. Adanya keterbatasan fisik
Adanya keterbatasan fisik seperti pendengarannya kurang sempurna,
bibir sumbing dan sebagainya juga bisa merupakan penyebab keterlambatan bicara
pada anak.
6. Penyakit yang menggangu fungsi bicaranya
Kasus yang sering ditemui seperti anak yang
pernah mengalami penyakit step, maka
anak akan mengalami keterlambatan dalam bicaranya . meskipun itu bukan satu-satunya
factor. Hanya saja dengan gangguan fungsi otot mulutnya dapat menyebabkan
keterlambatan bicara.
F. Prognosis
Gangguan ini sering dialami oleh laki-laki dan sering terdapat
riwayat keterlambatan bicara pada keluarga. Biasanya hal ini merupakan keterlambatan
bicara yang ringan prognosisnya baik. Pada umumnya kemampuan bicara akan tampak
membaik setelah memasuki usia 2 tahun terdapat peneliti yamg melaporkan
penderita keterlambatan ini kemampuan bicara saat masuk usia normal seperti
anak lainnya. Penyebab Keterlambatan bicara sangat luas dan banyak, gangguan
tersebut ada yang ringan sampai yang berat, mulai dari yang bisa membaiki pada usia
tertentu hingga sulit membaik
Beberapa gejala dan tanda yang harus diwaspadai bila anak mengalami
keterlambatan bicara:
a. Deprivasi lingkungan bisa disebabkan
karena lingkungan sepi, status ekonomi social, tehnik pengajaran yang salah,
sikap orang tua. Gangguan bicara pada anak dapat disebabkan karena kelainan
organik yang menganggu beberpa system tubuh seperti otak,pendengaran dan fungsi
motorik lainnya.
b. Beberapa penelitian menunjukan penyebab
gangguan bicara adalah adanya gangguan . penyimpangan ini biasanya merujuk ke
otak kiri. Beberapa anak juga ditemukan penyimpangan belahan otak kanan, korpus
kalusum dan lintas pendengaran yang saling berhubungan.
c. Hal ini juga dapat disebabkan karena diluar organ
tubuh seperti lingkungan yang kurang mendapatkan stimulasi yang cukup
atau pemakaian 2 bahasa. Bila penyebabnya karena lingkungan biasanya keterlambatan
yang terjadi tidak terlalu berat.
G. Treatment (penanganan keterlambatan bicara
anak)
a. Bila tidak terdapat gangguan
autis, gangguan kecerdasan, gangguan pendengaran dan gangguan susunan saraf
pusat lainnya maka biasanya masuk golongan keterlambatan bicara fungsional.
Biasanya gangguan kelompok ini ringan dan pertambahan usia atau setelah usia 2
tahun membaik dengan cepat. Biasanya gangguan ini bukan masalah karena
kurang stimulasi, terlalu banyak melihat televise karena yang terjadi adalah
gangguan ekspresi atau gangguan
kordinasi gerak mulut. Hal ii terbukti bahwa dalam saudara yang sama factor
stimulasi dan melihat televisi sama tetapi anak satu terlambat bicara. Mungkin
saja factor tersebut hanya memperberat bukan penyebab utama. Gangguan kelompok
ini sering terjadi pada penderita yang mengalami alergi dan hipersenitifitas
makanan atau riwayat penyakit.
b. Pada kelainan non fungsional atau
gangguan organik diorgan susunan saraf pusat tampaknya harus segera dilakukan
intervensi sejak dini lebih agresif.
c. Perlukah terapi wicara meski stimulasi
dan intervensi sejak dini paling baik tetapi pada anak dengan gangguan
keterlambatan bicara fungsional biasanya terapi wicara secara khusus belum
diperlukan. Intervensi dan stimulasi untuk gerakan oral oral motor dapat
dilakukan dirumah dengan penanganan dalam segi pencapain tingkat kesadaran yang
optimal dengan stimulasi multi sensoris, stimulasi kontrol gerak dan refleksi
menelan, teknik khusus untuk posisi yang baik. Penggunaan sikat gigi listrik
kadang membantu stimulasi sensoris otot didaerah mulut tindakan yang tampaknya
dapat membantu adalah dengan membiasakan minum menggunakan sedotan, latihan
senam gerak otot mulut, latihan meniup balon atau harmonika. Bila setelah
usia 2-3 tahun perkembangan bicara dan terapai sensori dapat segera
dilakukan.
d. Terapi bicara dan terapi sensori integration
harus segera dan agresifdilakukan pada gangguan keterlambatan bicara .
3.
Program Bimbingan Dan Penyuluhan Yang
Diberikan.
Pelaksanaan BK pada TK ini belum terlaksana
dengan baik karena pada TK ini belum ada program BK tetapi hanya pengawas yang
datang satu kali dalam dua bulan (1x2 bulan). Selain konselor kunjung
guru/pendidik pada TK ini melakukan layanannya dengan pemberian motivasi dengan
memberikan arahan yang lebih baik bahwa agama itu indah dan menjadi pembimbing
ketika mereka membutuhkan.
Ada beberapa hambatan yang terjadi dalam proses
pembelajaran pada peserta didik diantaranya yaitu naik turunnya emosi anak. Dan
solusi yang diberikan oleh guru yaitu dengan konsultasi dengan orang tua dan
melakukan pendekatan fisik/lisan kepada anak sehingga dapat membantu si anak
dalam mengentaskan permasalahannya.
Pelaksanaan BK
No
|
Pelaksanaan
|
Keterangan
|
1
|
Bidang Pengembangan
|
1) Bahasa
2) Agama
3) Afektif
4) fisik
|
2
|
Hambatan
|
Naik turunnya emosi
|
3
|
Solusi
|
Mengkonsultasikan kepada orang tua dan
melakukan pendekatan fisik kepada anak.
|
No
|
Aspek
|
Program
|
keadaan
|
1
|
Fisik
|
Senam sehat, (1x1 minggu)
Jalan bersama (1x2 minggu)
|
Cukup Baik
|
2
|
Kognitif
|
Melakukan permainan benar salah
|
Cukup
|
3
|
Bahasa
|
Lebih sering berkomunikasi dengan peserta
didik (tanya jawab)
Bukunya bergambar dan menarik
|
Sudah Baik
|
4
|
Sosial Emosional
|
Membentuk kelompok bermain
|
Baik
|
5
|
Moral dan Agama
|
Praktik Sholat dan Infak
|
Baik
|
4.
Rekomendasi
1)
PAUD memerlukan layanan bimbingan dan konseling untuk mencapai
suatu perkembangan optimal. Bimbingan dan konseling diperuntukan bagi semua
peserta didik, baik yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah. Bimbingan dan
konseling yang akan menghasilkan tercegahnya/terhindarnya peserta didik dari
berbagai permasalahan yang akan dapat mengganggu, menghambat ataupun
menimbulkan kesulitan-kesulitan dalam proses perkembangannya. Segenap
pelayanan/kegiatan BK didasarkan tidak boleh bertentangan dengan nilai dan
norma yang ada, yaitu nilai dan norma agama, sosial dan peraturan, adat
istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan yang berlaku.
2)
Bagi Orang Tua hendaknya memberikan bimbingan sejak dini kepada
anaknya, karena waktu anaknya lebih banyak ada dilingkungan keluarga. Untuk
guru BK hendaknya selalu memberi layanan bimbingan kepada siswa dengan cara dan
metode yang bervariasi sehingga siswa tidak merasa bosan ketika proses
pemberian layanan.
3)
Gangguan kemampuan bicara atau keterlambatan bicara dan berbahasa
ini haruslah dideteksi dan ditangani sejak dini dan dengan metode yang tepat.
Bagaimana pun juga, bicara dan bahasa merupakan media utama seseorang untuk
mengekspresikan emosi, pikiran, pendapat dan keinginannya. Bayangkan saja, jika
ia mengalami masalah dalam mengekspresikan diri, untuk bisa dimengerti oleh
orang lain atau orang tuanya, guru dan teman-temannya, maka bisa membuat ia
frustrasi. Mungkin pula ia akan merasa frustrasi dan malu karena teman-temannya
memperlakukan dia secara berbeda, entah mengucilkan atau pun membuatnya jadi
bahan tertawaan. Jika tidak ada yang bisa mengerti apa sih yang jadi
keinginannya atau apa yang dimaksudkannya, maka tidak heran jika lama kelamaan
ia akan berhenti untuk berusaha membuat orang lain mengerti. Padahal, belajar
melalui proses interaksi adalah proses penting dalam menjadikan seorang manusia
bertumbuh dan berhasil menjadi orang seperti yang diharapkannya.
LAMPIRAN
Dokumentasi
Kegiatan Observasi
CATATAN
LAPANGAN
(Wawancara)
KODE :
HARI, TANGGAL :
JAM :
TEMPAT :
KONTEKS :
Interviewer :
Pertanyaan
|
Jawaban
|
|
|
CATATAN LAPANGAN
(OBSERVASI)
KODE :
HARI, TANGGAL :
JAM :
TEMPAT :
KONTEKS :
NAMA :
OBSERVER :
DESKRIPSI:
Catatan Observasi
|
|
Komentar
Posting Komentar