Langsung ke konten utama

Hasil penelitian penerapan Bimbingan dan penyuluhan di TKQ DARUL MUTTAQIEN POPONCOL KIDUL KARAWANG

BAB I
PENDAHULUAN

A.        Latar Belakang
Taman Kanak-kanak/RA merupakan sekolah dasar bagi anak usia  3-6 tahun dimana sekolah bertanggung jawab memberikan pengalaman-pengalaman dasar kepada anak. Keterampilan serta tanggung jawab guru memegang peranan untuk memahami anak dan membantu mengoptimalkan semua aspek perkembangan anak.
Terdapat berbagai macam sebutan yang diberikan para ahli terhadap masa TK. Hurlock (1980) menyebut masa ini sebagai masa/periode kanak-kanak awal, dan masa keemasan (golden age). Sebagian besar orangtua menganggap masa kanak-kanak awal sebagai usia yang mengandung masalah atau masa sulit. Pendidik menyebut sebagai usia prasekolah, dan ahli psikologi menyebut sebagai usia berkelompok. Berbagai sebutan ini menunjukan bahwa berbagai kalangan memberikan perhatian yang serius terhadap masa usia TK. Mengingat pentingnya masa ini maka pendidikan bagi anak TK perlu dilakukan secara terintegrasi.
Bimbingan itu sendiri dapat diartikan suatu bagian integral dalam keseluruhan program pendidikan yang mempunyai fungsi positif, bukan hanya suatu kekuatan kolektif. Proses yang terpenting dalam bimbingan adalah proses penemuan diri sendiri. Hal tersebut akan membantu anak mengadakan penyesuaian terhadap situasi baru, mengembangkan kemampuan anak untuk memahami diri sendiri dan menerapkannya dalam situasi mendatang. Bimbingan bukan lagi suatu tindakan yang bersifat hanya mengatasi setiap krisis yang dihadapi oleh anak, tetapi juga merupakan suatu pemikiran tentang perkembangan anak sebagai pribadi dengan segala kebutuhan, minat dan kemampuan yang harus berkembang.
Kebutuhan akan layanan bimbingan di TK/RA muncul dari karakteristik dan masalah-masalah perkembangan yang terjadi pada masa kanak-kanak. Pada masa perkembangan anak TK/RA, masalah dapat menghambat pencapaian perkembangan pada masa berikutnya. Layanan bimbingan sebagai suatu upaya bantuan yang diberikan guru kepada anak di laksanakan secara bersama-sama dengan proses pembelajaran yang terjadi. Artinya guru pada saat mengajar dapat pula berperan sebagai pembimbing anak. Layanan bimbingan memiliki beberapa fungsi dan prinsip-prinsip yang dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan bimbingan di TK/RA. Berangkat dari masalah tersebut saya selaku observer tertarik untuk melakukan penelitian mengenai layanan Bimbingan dan Penyuluhan di TKQ Daarul Muttaqien yang terletak di Jalan Surya Pati Kp. Poponcol Kidul  RT 03/01 kelurahan Karawang Kulon  Kecamatan Karawang Barat Kabupaten karawang. 

B.    Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan dari  kegiatan, observasi sebagai berikut:
1.     Untuk mengetahui bagaimana usaha guru dalam menyelesaikan masalah peserta didik.
2.     Memenuhi tugas perkuliahan Mata Kuliah Bimbingan dan Penyuluhan di TK /RA
3.     Untuk mengetahui program dan implementasi  layanan bimbingan dan penyuluhan  yang diberikan oleh guru kepada anak dalam menyelesaikan masalah yang terjadi dilapangan.

C.   Manfaat
Dari tujuan penelitian diatas maka dapat diketahui manfaat dari penelitian tersebut adalah:
1.    Secara Teoritis :
       Dapat  menambah wawasan  pengetahuan  mengenai  pentingnya  bimbingan konseling dan penyuluhan bagi AUD untuk menjamin keberhasilan  pengelolaan pembelajaran di PAUD.
2.  Secara Praktis:
a.  Bagi Kepala Sekolah
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi Kepala  Sekolah  dalam  meningkatkan kualitas  layanan Bimbingan dan Penyuluhan di  sekolah agar dapat menunjang keberhasilan pengelolaan pembelajaran di TK/RA
b. Bagi Guru
Dapat memberikan pemahaman mengenai sejauh mana tindakan dan pelayanan BK yang telah diberikan terhadap peserta didik
c. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi diri peneliti, menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai implementasi Layanan Bimbingan dan penyuluhan  di TK/RA.

D.    Ruang  Lingkup
 Penelitian dilakukan di TKQ Daarul Muttaqien Kp. Poponcol Kidul  RT 03/01 kelurahan Karawang Kulon  Kecamatan Karawang Barat Kabupaten karawang melalui kegiatan observasi dan wawancara mengenai Implementasi  Bimbingan  dan Penyuluhan  serta Analisa permasalhan perkembangan anak di TKQ Daarul Muttaqien.

                     

BAB II
KAJIAN TEORI

A.        Karakteristik perkembangan anak Usia Dini
Sesuai dengan sifat individu yang unik, adanya variasi individual dalam perkembangan anak merupakan hal normal terjadi. Terkadang anak yang satu lebih cepat berkembang daripada anak yang lainnya, begitupun dalam perbedaan minat dan kecakapan, sementara sebagian anak lebih senang melakukan gerakan-gerakan fisik atau bermain kelompok dengan temannya. Berdasarkan dari tahapan perkembangan yang telah dibahas dalam perkuliahan, uraian berikut mengetengahkan tentang karakteristik anak yang dibatasi pada hal-hal yang bersifat menonjol dan lebih terkait dengan proses pembelajaran anak:
1.         Perkembangan anak usia 0 – 2 tahun
Pada masa bayi secara umum anak mengalami perubahan yang jauh lebih pesat dibanding dengan yang akan dialami pada fase-fase berikutnya. Berbagai kemampuan dan keterampilan dasar, baik yang berupa keterampilan lokomotor (bergulir, duduk, berdiri, merangkak, dan berjalan), keterampilan memegang benda, penginderaan (melihat, mencium, mendengar, dan merasakan sentuhan), maupun kemampuan untuk mereaksi secara emosional dan sosial (berhubungan dengan orang tua, pengasuh, dan orang-orang dekat lainnya) dapat dikuasai pada fase ini. Berbagai kemampuan dan keterampilan dasar tersebut merupakan modal penting bagi anak untuk mengarungi dan menjalani proses perkembangan selanjutnya.
Bagi bayi, gerakan-gerakan motorik dan pengalaman-pengalaman sensori ini sangat vital. Pengalaman-pengalaman demikian di samping dapat merangsang pertumbuhan fisik, juga sekaligus meningkatkan dan memperkaya kualitas fungsi fisik tersebut. Sehingga bayi yang memiliki kesempatan luas untuk melakukan gerakan-gerakan motorik akan terdorong untuk mengalami pertumbuhan fisik yang sehat dengan penguasaan keterampilan-keterampilan motorik dasar yang cepat. Sebaliknya, bayi yang kurang mendapat kesempatan demikian sangat dimungkinkan untuk mengalami hambatan dalam pertumbuhan fisik dan perkembangan keterampilan motoriknya.
Komunikasi responsif dengan orang dewasa akan mendorong dan memperluas respon-respon verbal dan non-verbal bayi. Bayi mulai belajar tentang pengalaman-pengalaman sensori dan ekspresi-ekspresi perasaan, meskipun bayi belum memahami kata-kata. Penyajian pengalaman-pengalaman menarik dengan menyediakan obyek-obyek mainan menarik merupakan hal yang bias berpengaruh positif terhadap perkembangan kemampuan bayi dalam mengekspresikan perasaan dan keterampilan-keterampilan sensori lainnya. Menurut Bredkamp (Solehuddin, 2000), jika bayi terasing dari pengalaman-pengalaman sensori-motor tersebut, maka bukan saja perkembangan emosionalnya yang akan terhambat melainkan juga perkembangan kognisinya.
Bayi yang baru lahir ke dunia dilengkapi dengan kesiapan untuk melakukan kontak sosial. Selama 9 bulan pertama ia akan mengembangkan kemampuannya untuk membedakan antara orang-orang yang dikenalnya dengan orang-orang yang tidak dikenalnya.
Pada usia ini bayi sudah mulai belajar melafalkan suara-suara dan gerakan-gerakan yang mengkomunikasikan suasana emosinya seperti senang, terkejut, marah, cemas dan perasan lainnya. Dalam hal ini bayi mengembangkan harapan-harapan tentang perilaku orang berdasarkan pada bagaimana cara orang tua dan pengasuh lainnya memperlakukannya. Melalui interaksi-interaksi sosial yang penuh kehangatan dan kasih saying ini, bayi mulai mengembangkan hubungan cinta kasih yang positif. Hal yang perlu diingat adalah bahwa pemenuhan kebutuhan bayi sepenuhnya masih tergantung kepada orang dewasa. Bayi juga masih mudah untuk mengalami frustasi karena belum mampu mengatasi ketidaknyamanan atau suasana stress secara aktif. Hal ini, diakibatkan belum dikuasainya keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan untuk itu. Bayi mengekspresikan apa yang dirasakan dan diinginkannya melalui bahasanya sendiri seperti tertawa, menangis, terkejut, dan sejenisnya. Terhadap ekspresi-ekspresi bayi tersebut, orang tua dan pengasuh lainnya harus memahami dan memberikan respon secara tepat namun tidak berlebihan.
2.     Perkembangan anak usia 2 – 3 tahun
       Di samping masih memiliki beberapa kesamaan karakteristik dengan pada masa sebelumnya, anak usia 2-3 tahun memiliki karakteristik khusus. Dari segi fisik, pada fase ini anak masih tetap mengalami pertumbuhan yang pesat, khususnya berkenaan dengan pertumbuhan dengan pertumbuhan otot-otot besar. Anak pada usia ini sudah tahu bagaimana berjalan dan berlari. Anak juga mulai senang memanjat dan menaiki sesuatu, membuka pintu, serta mencoba berdiri di atas satu kaki dan berloncat. Anak senang mencoba sesuatu sehingga memerlukan ruangan yang cukup luas untuk itu. Dengan penguasaan keteramppilan-keterampilan dasar yang diperoleh pada masa bayi, anak seusia ini akan tampak senang melakukan banyak aktivitas.
        Anak juga biasanya sangat aktif mengeksplorasi benda-benda yang ada disekitarnya. Anak memiliki kekuatan observasi yang tajam, menyerap dan membuat perbendaharaan bahasa baru, belajar tentang jumlah, membedakan antara konsep “satu” dengan “banyak”. Mulai senang mendengarkan cerita-cerita sederhana, dan gemar melihat-lihat buku. Melalui berbagai aktivitas itulah menurut pengamatan piaget (Solehuddin: 2000) anak pada usia ini berpikir, pada saat anak aktif melakukan aktivitas-aktivitas fisik, secara stimulant aktivitas mentalnya juga terlibat.
Meskipun hanya dengan beberapa patah kata, anak seusia ini juga mulai berbicara satu sama lain.
        Anak mulai senang melakukan percakapan walau dalam bentuk perbendaharaan kata dan kalimat terbatas. Namun simultan dengan itu, sikap dan perilaku egosentris anak pada usia dini ini sangat menonjol. Anak pada usia ini memandang peristiwa- peristiwa yang dihadapinya hanya dari kacamata dan kepentingannya sendiri. Anak belum bisa memahami persoalan-persoalan itu dari sudut pandang orang lain, cenderung melakukan sesuatu itu hanya menurut kemauannya sendiri tanpa memperdulikan kemauan dan kepentingan orang lain. Oleh karena itu, terjadinya perselisihan, berebut mainan, dan perilaku sejenisnya sangat dimungkinkan untuk sering dialami oleh anak-anak seusia ini. Hal lain yang perlu dipahami bahwa anak usia ini biasanya memiliki kemampuan untuk memperhatikan sesuatu hanya dalam jangka yang sangat pendek. Anak belum bisa mengikuti suatu pembicaraan orang lain secara lama, cenderung beralih-alih perhatian dari suatu benda ke benda lainnya, dari suatu aktivitas ke aktivitas lainnya, dan/atau dari suatu pembicaraan ke pembicaraan lainnya. Anak belum memiliki pertimbangan yang sehat dan rasa bahaya, baik bagi dirinya maupun bagi orang lain adalah cirri lain yang secara menonjol juga dimiliki anak seusia ini. Cenderung melakukan segala sesuatu hanya didasarkan atas keinginannya, tanpa mempertimbangkan konsekuensinya.
3.     Perkembangan anak usia 3-4 tahun
       Pada usia ini anak juga masih mengalami perkembangan pesat dalam banyak hal. Anak mengalami peningkatan yang cukup berarti baik dalam perkembangan perilaku motorik, berpikir fantasi, maupun dalam kemampuan mengatasi frustasi. Anak dapat menguasai semua jenis gerakan-gerakan tangan kecil, dapat memungut benda-benda kecil, dapat memegang benda, dan dapat memasukkan benda ke lubang-lubang kecil, anak juga memiliki keterampilan memanjat atau menaiki benda-benda secara lebih sempurna. Meskipun sifat egosentrisnya masih melekat pada anak seusia ini, biasanya sudah bisa bekerja dalam suatu aktivitas tertentu dengan cara-cara yang lebih dapat diterima secara sosial daripada sebelumnya. Aktivitas-aktivitas bermain bersama sudah dapat dilakukan secara lebih lama oleh anak seusia ini.
Pada usia ini anak memiliki kehidupan fantasi yang kaya dan menuntut lebih banyak kamandirian. Dengan kehidupan fantasi yang dimilikinya ini, anak memperlihatkan kesiapan untuk mendengarkan cerita-cerita secara lebih lama. Anak menyenangi dan menghargai sajak-sajak sederhana, begitupun kemandirian yang dituntutnya membuat ia tidak mau banyak diatur dalam kegiatan-kegiatannya. Tingkat frustasi usia ini cenderung menurun bila dibanding sebelumnya, hal ini disebabkan adanya peningkatan kemampuan dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialaminya secara lebih aktif, di samping juga karena peningkatan kemampuan dalam mengekspresikan keinginan-keinginannya kepada orang lain.
4.         Perkembangan anak usia 4 – 5 tahun
Rasa ingin tahu dan sikap antusias yang kuat terhadap segala sesuatu merupakan cirri yang menonjol pada anak usia sekitar 4-5 tahun. Anak memiliki sikap berpetualang (adventurousness) yang begitu kuat. Anak akan banyak memperhatikan, membicarakan, atau bertanya tentang berbagai hal yang sempat dilihat atau didengarnya. Secara khusus, anak pada usia ini juga memiliki keinginan yang kuat untuk lebih mengenal tubuhnya sendiri, anak senang dengan nyanyian, permainan, dan/atau rekaman yang membuatnya untuk lebih mengenal tubuhnya. Minatnya yang kuat untuk mengobservasi lingkungan dan benda-benda di sekitarnya membuat anak seusia ini senang ikut bepergian ke daerah-daerah sekitar lingkungannya. Anak akan sangat mengamati bila diminta untuk mencari sesuatu, karenanya pengenalan terhadap binatang-binatang piaraan dan lingkungan sekitarnya dapat merupakan pengalaman yang positif untuk pengembangan minat keilmuan anak.
        Berkenaan dengan pertumbuhan fisik, anak usia ini masih perlu aktif melakukan berbagai aktivitas. Kebutuhab anak untuk melakukan berbagai aktivitas ini sangat diperlukan baik bagi pengembangan otot-otot kecil maupun otot-otot besar. Pengembangan otot-otot kecil ini terutama diperlukan anak untuk menguasai keterampilan-keterampilan dasar akademik, seperti belajar menggambar dan menulis. Anak masih tidak dapat berlama-lama untuk duduk dan berdiam diri, menurut Berg (Solehuddin: 2000) sepuluh menit adalah waktu yang wajar bagi anak usia dini sekitar 5 tahun ini untuk dapat duduk dan memperhatikan sesuatu secara nyaman. Gerakan-gerakan fisik tidak sekedar penting untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan fisik, melainkan juga dapat berpengaruh positif terhadap pertumbuhan rasa harga diri (self esteem) dan bahkan perkembangan kognisi.
Keberhasilan anak dalam menguasai keterampilan-keterampilan motorik dapat membuatnya bangga akan dirinya. Begitu juga gerakan-gerakan fisik dapat membantu anak dalam memahami konsep-konsep yang abstrak, sama halnya dengan orang dewasa yang memerlukan ilustrasi untuk memahami konsep hamper sepenuhnya tergantung pada pengalaman-pengalaman yang bersifat langsung (hand-on experiences). Sejalan dengan perkembangan keterampilan fisiknya, anak semakin berminat dengan teman-temannya. Anak mulai menunjukkan hubungan dan kemampuan kerja sama yang lebih intens dengan teman-temannya, biasanya ia memilih teman berdasarkan kesamaan aktivitas dan kesenangan. Abilitas untuk memahami pembicaraan dan pandangan orang lain semakin meningkat sehingga keterampilan komunikasinya juga meningkat. Penguasaan keterampilan berkomunikasi membuat anak semakin senang bergaul dan berhubungan dengan orang lain. Sampai di usia ini anak masih memerlukan waktu dan cara yang tidak terstruktur untuk mempelajari sesuatu serta untuk mengembangkan minat dan kesadarannya akan bahan-bahan tertulis.
Anak-anak usia 2-4 tahun menurut Musthafa (2002) mempunyai ciri:
1.    Anak-anak prasekolah mempunyai kepekaan bagi perkembangan bahasanya;
2.    Mereka menyerap pengetahuan dan keterampilan berbahasa dengan cepat dan piawai dalam mengolah input dari lingkungannya;
3.    Modus belajar yang umumnya disukai adalah melalui aktivitas fisik dan berbagai situasi yang bertautan langsung dengan minat dan pengalamannya;
4.    Walaupun mereka umumnya memiliki rentang perhatian yang pendek, mereka gandrung mengulang ngulang kegiatan atau permainan yang sama;
5.    Anak-anak prasekolah ini sangat cocok dengan pola pembelajaran lewat pengalaman konkret dan aktivitas motorik.
     Sementara itu, santoso (2000) mengemukakan pula beberapa karaktrestik anak pra sekolah, yaitu: (a) suka meniru, (b) ingin mencooba, (c) spotan, (d) jujur, (e) riang, (f) suka bermain, (g) ingin tahu (suka bertanya), (h) banyak gerak, (i) suka menunjuk akunya, dan (j) unik. Sebagai indivdu yang sedang berkembang, anak memiliki sifat suka meniru tanpa mempertimbangkan kemampuan yang ada padanya. Hal ini didorong oleh rasa ingin tahu dan ingin mencoba sesuatu yang diminati, yang kadang kala muncul secara spontan. Sikap jujur yang menunjukan kepolosan seorang anak merupakan ciri yang juga dimiliki oleh anak. Kehidupan yang dirasakan anak tanpa beban menyebabkan anak selalu tampil riang, anak dapat bergerak dan beraktivitas. Dalam aktifitas ini, anak cenderung pula menunjukkan sifat akunya, dengan mengakibatkan apa yang dimiliki oleh teman lain. Akhirnya sifat unik menunjukan bahwa anak merupakan sosok individu yang kompleks yang memiliki perbedaan dengan individu lainnya. Pemahaman guru tentang karakteristik anak akan bermanfaat dalam upaya menciptakan lingkungan belajar yang mendukung perkembangan anak
B.        Hakikat Bimbingan dan Penyuluhan
Bimbingan dan konseling merupakan terjemahan dari istilah “guidance” dan “counseling” dalam bahasa Inggris. Secara harfiah istilah “guidance” berasal dari akar kata “guide” yang berarti : (1) mengarahkan (to direct), (2) memandu (to pilot), (3) mengelola (to manage), dan (4) menyetir (to steer).
Sedangkan ”counseling” menurut Shertzer dan Stone dalam Fundamentals of  Guidance (1981) (Yusuf, 2009). Konseling adalah proses interaksi antara konselor dan konseli agar konseli mampu memahami diri dan lingkungannya sehingga pada akhirnya konseli mampu membuat keputusan dan/atau menentukan tujuan dan memilih nilai untuk perilakunya di masa depan.
Definisi tersebut dipertegas dalam Panduan  Pengembangan Diri (Permendiknas No. 22 Tahun 2006)  yang menyebutkan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan usaha membantu peserta didik dalam pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan belajar, serta perencanaan dan pengembangan karir. Pelayanan bimbingan dan konseling  memfasilitasi pengembangan peserta didik, secara individual, kelompok sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, perkembangan, kondisi, serta peluang-peluang yang dimiliki.
Menurut Syaodih, E (2004) ada beberapa ciri bimbingan dan konseling bagi anak usia dini yang dapat dijadikan rujukan bagib guru atau pendamping, yaitu:
1.     Proses bimbingan dan konseling harus disesuaikan dengan pola pikir dan pemahaman anak.
2.     Pelaksanaan bimbingan terintegrasi dengan pembelajaran.
3.     Waktu pelaksanaan bimbingan sangat terbatas.
4.     Pelaksanaan bimbingan dilaksanakan dalam nuansa bermain.
5.     Adanya ketertiban teman sebaya.
Di lihat dari jenisnya program bimbingan dan konseling, terdiri dari lima jenis program, yaitu:
1)        Program tahunan, yaitu program pelayanan bimbingan dan konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu tahun untuk masing-masing kela di sekolah/madrasah.
2)        Program semester, yaitu program layanan bimbingan dan konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu semester yang merupakan jabaran program semesteran.
3)        Program bulanan, yaitu program pelayanan bimbingan dan konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu bulan yang merupakan jabaran program semesteran.
4)        Program mingguan, yaitu program pelayanan bimbingan dan konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu minggu yang merupakan jabaran program bulanan.
C.     Konsep, Prinsip dan fungsi BP pada AUD
1.        Konsep Bimbingan dan Penyuluhan
BK adalah suatu lembaga disekolah yang bertugas membimbing dan melayani konseling memecahkan permasalahan seperti mengatasi siswa-siswa yang mempunyai masalah, BK juga membantu tercapainya segala aspek-aspek  pertumbuhan dan perkembangan  siswa. Baik aspek akademik, bakat dan minat, emosional, sosial dengan teman, penyesuaian diri di lingkungan yang baru, menemukan jati diri dan sebagainya, tentunya akan lebih baik jika proses pelaksanaanya diarahkan sejak dini agar tercapai segala aspek-aspek pertumbuhan dan perkembangan siswa yang maksimal.Dari semua itu disinilah perlunya guru Bimbingan dan Konseling (BK) di PAUD/TK dalam membantu mengidentifikasi permasalahan peserta didik dan membantu tercapainya segala aspek perkembangan peserta didik di  PAUD/TK.
Lembaga tersebut bertanggung jawab  terhadap perkembangan fisik, motorik, kognitif, dan mental spiritual. Agar apa yang dibebankan kepada guru PAUD/TK dapat dilaksanakan sesuai dengan harapan maka diperlukan bimbingan dan konseling (BK) dilembaga tersebut. Program BK ini sebenarnya sama pentingnya dengan program BK di sekolah menengah.sama sama memiliki tujuan yang sama yaitu, membantu peserta didik agar bisa berkembang  sesuai bakat, minat serta kemampuannya secara optimal serta dapat mencegah terjadinya masalah yang mingkin akan muncul pada peserta didik.
Kebutuhan akan layanan bimbingan di taman kanak-kanak muncul dari karakteristik dan masalah-masalah perkembangan yang terjadi pada masa kanakkanak. Pada masa perkembangan anak taman kanak-kanak, masalah dapat menghambat pencapaian perkembangan masa berikutnya, dan juga mempengaruhi aspek-aspek perkembangan lainnya. Layanan bimbingan sebagai suatu upaya bantuan yang diberikan guru pada anak dilaksanakan secara bersama-sama dengan proses pembelajaran yang terjadi. Artinya guru pada saat mengajar dapat pula berperan sebagai pembimbing anak. Layanan bimbingan memiliki beberapa fungsi dan prinsip-prinsip yang dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan bimbingan di taman kanak-kanak.
2.     Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling untuk Anak Usia Dini
1)     Bimbingan merupakan bagian penting dari proses pendidikan
2)     Bimbingan diberikan kepada semua anak dan bukan hanya untuk anak yang menghadapi masalah
3)     Bimbingan merupakan proses yang menyatu dalam semua kegiatan pendidikan
4)     Bimbingan harus berpusat pada anak yang dibimbing
5)     Kegiatan bimbingan, mencakup seluruh kemampuan perkembangan anak yang meliputi kemampuan fisik-motorik, kecerdasan, social maupun emosional
6)     Bimbingan harus dimulai dengan mengenal (mengidentifikasi) kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan anak
7)     Bimbingan harus fleksibel dan sesuai dengan kebutuhan serta perkembangan anak
8)     Dalam menyampaikan pemasalahan anak kepada orang tua hendaknya menciptakan situasi aman dan menyenangkan, sehingga memungkinkan terjadinya komunikasi yang wajar dan terhindar dari kesalahpahaman
9)     Dalam melaksanakan kegiatan bimbingan hendaknya orang tua diikutsertakan agar mereka dapat mengikuti perkembangan dan memberikan bantuan kepada anaknya dirumah
10)  Bimbingan dilakukan seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan yang dimiliki guru atau pendamping sebagai pelaksana bimbingan, bilamana masalah yang terjadi perlu ditindak lanjuti, maka guru pembimbing harus mengonsultasikan kepada kepala sekolah dan tenaga ahli
11)  Bimbingan harus diberikan secara  berkelanjutan
3.     Fungsi Bimbingan dan Konseling untuk Anak Usia Dini
1.     Fungsi pemahaman
Fungsi pemahaman yaitu usaha bimbingan yang dilakukan guru atau pendamping untuk menghasilkan pemahaman yang menyeluruh tentang aspek-aspek sebagai berikut:
a)     Pemahaman diri anak didik terutama oleh orang tua dan guru,
b)     Hambatan atau masalah yang dihadapi anak,
c)      Lingkungan anak yang mencakup keluarga dan tempat belajar,
d)     Lingkungan yang lebih luas diluar rumah dan sekolah
e)     Cara-cara penyesuaian dan pengembangan diri.
 2.   Fungsi Pencegahan
Fungsi pencegahan yaitu usaha bimbingan yang dapat mencegah anak didik dari berbagai permasalahan yang dapat mengganggu, menghambat ataupun menimbulkan kesulitan-kesulitan dalam proses perkembangan nya. Bimbingan di taman kanak-kanak berfungsi memberikan pencegahan terhadap berbagai kemungkinan yang dapat di alami anak didik selama proses perkembangan. Kemungkinan tersebut dapat berupaya masalah yang berkaitan dengan kondisi sosial, emosional, atau kemampuan beradaptasi dengan lingkungan secara lebih luas. Dalam melaksanakan fungsi pencegahan, guru dapat melakukan dengan berbagai teknik, diantaranya dengan bercerita atau bermain peran.
3.      Fungsi Perbaikan
Fungsi ini yaitu usaha bimbingan yang di arahkan pada terselesaikanya berbagai hambatan atau kesulitan yang di hadapi anak didik. Kesulitan anak seberapapun kecilnya akan senantiasa mempengaruhi aktivitas dan perkembangan anak. Bilamana anak mengalami kesulitan, terlihat dari perubahan sikap yang ditunjukan anak sehari-hari. bila kesulitan anak ini di biarkan maka akan lebih mengganggu aktiviotas anak ini dalam keseharian nya dan mempengaruhi proses pengembangannya selnjutnya. Upaya bimbingan juga diarahkan untuk memperbaiki berbagai hambatan atau kesulitan yang di hadapi anak.
4.     Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan
Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan ini yaitu usaha bimbingan yang diharapkan dapat terpeliharanya dan berkembangnya berbagai potensi dan kondisi positif anak didik dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan. Bimbingan tidak hanya di arahkan pada upaya membantu mengurangi berbagai kesulitan yang dihadapi anak didik, tetapi usaha bimbingan juga berfungsi untuk senantiasa memelihara berbagai potensi dan kondisi yang baik yang sudah dimiliki anak. Pemeliharaan ini menjadi penting artinya karena anak perlu selalu berada dalam kondisi kondusif dalam upaya pengembangan dirinya. Selain dari itu, dengan pemeliharaannya potensi dan kondisi yang positif anak, anak perlu di kembangkan seoptimal mungkin. Upaya bimbingan dalam pengembangan kemampuan anak harus berorientasi pada kemampuan yang dimiliki anak.

D.        Permasalahan perkembangan anak  dan penangannya,
1.         Pengertian permasalahan anak
Permasalahan anak-anak adalah sesuatu yang mengganggu kehidupan anak, yang timbul karena ketidakselarasan pada perkembang- nya. Pada anakanak prasekolah perilaku yang dapat dipandang sebagai normal untuk usia tertentu juga sulit dibedakan dari perilaku yang bermasalah. Perilaku bermasalah mungkin digunakan untuk mengidentifikasikan membesarnya frekuensi atau intensitas perilaku tertentu sampai pada tingkatan yang mengkhawatirkan (Campbell, dalam Rita Eka Izzaty:2005).
Ada tiga kriteria yang bisa dijadikan acuan untuk melihat apakah perilaku itu normatif atau bermasalah, yaitu kriteria statistik rata-rata, kriteria sosial dan kriteria penyesuaian diri. Menurut (Rita Eka Izzaty: 2005) yang dimaksud dengan kriteria statistik adalah perkembangan rata-rata fisik seseorang yang sesuai dengan norma statistik. Kriteria sosial adalah tingkah laku yang dianggap menyimpang dari aturan sosial suatu daerah. Kemudian yang dimaksud dengan kriteria penyesuaian diri adalah kemampuan individu menyesuaikan diri. Perilaku yang dianggap meresahkan atau mengganggu diri sendiri ataupun orang lain dianggap tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar.
2.      Jenis-Jenis Masalah Perkembangan Anak Usia Dini
a.      Aspek Fisik Motorik
Banyak sekali permasalahan yang sering terjadi dalam proses perkembangan fisik motorin anak, daintaranya Tangan kidal, berjalan pincang, buta, tuli, bisu, berbadan gemuk, berambut keriting, cerebral fals, tidak seimbangnya koordinasi tubuh dll. Berikut beberapa permaslhan perkembangan fisik motorik beserta penangananna:
1)      Malnutrisi (Kurang gizi)
Cara menanganinya : Anak yang mengalami malnutrisi akan tampak pada penampilan fisiknya. Dibutuhkan kombinasi antara pengaturan pola makan dan asupan makanan serta kepedulian orang tua untuk melihat adanya tanda- tanda kekurangan gizi pada anak. Dengan pemberian program “4 sehat 5 sempurna”.

2)      Obesitas (Kelebihan Berat Badan)
Cara menanganinya: Ada banyak faktor yang dapat memicu obesitas, salah satunya adalah faktor keturunan, Jika anak malas bergerak maka lemak akan tertimbun dan membuat tubuh menjadi gemuk. Seiring dengan perkembangan IPTEK anak zaman sekarang cenderung malas bergerak, olah raga juga bukan menjadi kebiasaan hidup mereka. Anak yang mengalami obesitas umumnya memiliki rasa percaya diri yang rendah. Dari faktor kesehatan, obesitas juga memicu berbagai penyakit, seperti darah tinggi dan diabetes. Cara terbaik yang bias dilakukan ialah dengan mengatur pola makan anak dan rajin mengajak anak untuk berolahraga.
3)     Ketidakmampuan mengatur keseimbangan
Cara menaganinya: Anak- anak yang mengalami kesulitan dalam mengatur keseimbangan tubuhnya biasanya juga memiliki kesulitan dalam mengontrol gerakan anggota tubuh sehingga terkesan gerakannya ragu- ragu dan tampak canggung. Masalah pengaturan keseimbangan tubuh ini berhubungan dengan sistem vestibular atau sistem yang mengatur keseimbangan di dalam tubuh. Jika tidak segera ditangani, kesulitan ini akan dibawa terus oleh anak sampai saat mereka sekolah dan akan mengakibatkan masalah lain, yaitu dalam hal membaca dan menulis.
4)     Reaksi kurang cepat dan koordinasi kurang baik
Cara menanganinya : Salah satu perkembangan motorik pada anak yang perlu diperhatikan adalah kemampuan bereaksi yang semakin cepat, koordinasi mata-tangan yang semakin baik, dan ketangkasan serta kesadaran terhadap tubuh secara keseluruhan. Namun, ada anak yang lambat dalam bereaksi. Koordinasi gerakannya juga tampak kacau sehingga sering kali disebut “ceroboh” dan menjadi bahan ejekan temannya. Hal yang menyebabkan masalah tersebut ada 2 yaitu karena anak kurang diberi kesempatan untuk berlatih dan ada kemungkinan anak mempunyai masalah dalam syaraf motoriknya. Untuk alasan yang terakhir ini orang tua perlu mengkonsultasikannya dengan dokter.

b.     Aspek Bahasa
Berbahasa merupakan keterampilan dalam mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Untuk anak usia TK, keterampilan yang diutamakan adalah mendengar dan berbicara. Masalah berbahasa yang dialami anak usia Taman Kanak-kanak berawal dari ketidakmampuan mendengar dan memahami bahasa lisan yang diucapkan orang-orang di sekelilingnya. Permasalahan tersebut salah satunya juga disebabkan berbedanya budaya di sekitar kita yang tidak membiasakan orang untuk mengekspresikan perasaannya karena hal itu dianggap sebagai sesuatu yang memalukan. Kebudayaan tersebut mengakibatkan anak-anak kita tidak mampu mampu mengutarakan isi hatinya dengan kalimat-kalimatnya.
Cara menanganinya dengan melalui pemberian bahasa pertama yakni bahasa ibu,pada masa fase bayi,dimana bahasa ini anak mudah mengenal bahasa,dimana anak dapat mendengar dan mudah memahami bahasa lisan. Ketika anak sudah bisa mengenal dan paham arti bahasa ibunya, maka perkenalkanlah bahasa budaya sekitar sedikit-demi sedikit,agar anak tidak kacau dalam berbahasa.
kemudian bicaranya juga belum jelas serta ada juga yang mengalami masalah gagap.
Ketidakmampuan anak dalam berbahasa sangat mempengaruhi kemampuan bicara anak pada tahap perkembangan selanjutnya yang bisa dimungkinkan juga mempengaruhi hubungan sosial mereka dengan orang lain.
Cara menanganinya: Gagap bicara pada anak bisa diatasi dengan Usahakan saat bicara posisi kita sejajar dengan anak, dalam suasana tenang dan santai, sabar mendengarkan dia bicara, dan jangan terlalu memperhatikan kegagapannya, Menenangkan hati anak, Membiarkan anak memakai tangan kirinya untuk melakukan semua aktivitasnya, Jangan memotong pembicaraan anak sewaktu anak belum selesai berbicara walaupun bicaranya terputus-putus, Melakukan terapi bicara.
1)     Kuarang mengerti perkataan orang tua dan guru
Cara menangani : Memahami Anak Sebagai Pribadi yang Berkembang, Memahami anak sebagai pribadi yang berkembang yang dimaksudkan di sini adalah setiap anak mempunyai tahapan demi tahapan dalam berkembang. Sudah tentu, tahapan perkembangan anak sangat berbeda dengan cara berpikir dan memahami segala sesuatu yang dimiliki orangtuanya. Dalam hal ini, orangtua tidak bisa memaksakan kehendak terhadap anaknya agar mengikuti cara berpikir dan memahami sesuatu sebagaimana orangtuanya. Jika memang orangtuanya menghendaki sang anak melakukan apa yang menjadi harapannya hendaknya disesuaikan dengan tahapan perkembangan sang anak.
2)     Berbohong
Cara menanganinya : Ajarkan nilai-nilai moral yang berlaku di lingkungan melalui cerita pendek yang dapat dengan mudah dipahami dan diingat oleh anak Anda. Berikan umpan balik tentang dampak perilaku bohong anak Anda terhadap dirinya dan orang lain. Jelaskan pada anak Anda tentang bagaimana cara Anda mengetahui dengan pasti ketika Ia berbohong, sehingga anak Anda akan sadar atas perbuatannya dan berusaha untuk tidak mengulanginya kembali. Cari tahu penyebab kenapa anak Anda berbohong, apakah Ia sedang ingin mendapatkan perhatian orang lain, untuk menghindari rasa malu atau menghindari hukuman, dan sebagainya agar dapat mencegah munculnya perilaku berbohong anak di kemudian hari.
c.     Aspek Kognitif
Permasalahan perkembangan kognitif yang sering terjadi pada anak usia dini diantaranya yaitu berfikir irrasional, pikiran negatif, suka menyalahkan orang lain dan menganggap dirinya paling benar, tidak mau belajar, malas masuk sekolah, sulit menghafal kata dan nama benda, memperhatikan pelajaran, terlambat berfikir pelupa, dan rasa ingin tahu yang rendah.
1)            Anak tidak mampu memahami prespektif atau cara berpikir orang lain (egosentris), seperti ketika menggambar anak menunjukkan gambar ikan dari sudut pengamatannya.
Cara menanganinya dengan melalui pemberian obyek yang nyata pada anak karena anak masih berfikir secara abstrak.
2)            Anak belum mampu berpikir kritis tentang apa yang ada dibalik suatu kejadian, seperti anak tidak mampu menjawab alasan mengapa menyusun balok seperti ini dll.
Cara menangani: Berpikir kritis, menjadi kebutuhan individu sejak dini agar mereka mampu menjalani segalanya secara benar. Berpikir kritis adalah kemampuan dan kesediaan untuk membuat penilaian terhadap berbagai pernyataan dan mengambilkan keputusan yang didasarkan pada alasan dan fakta yang memiliki dukungan yang baik, bukan berdasarkan emosi atau anekdot. Berfikir kritis itu bisa muncul dari seseorang yang selalu memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.
Tanpa memiliki rasa ingin tahu yang tinggi seseorang tak akan pernah bisa berfikir kritis. Karena pada dasarnya berpikir kritis itu adalah suatu cara untuk memberdayakan ketrampilan atau strategi kognitif dalam mencapai tujuan tertentu.maka dari itu para guru dan orang tua memberikan pejelasan,manfaat maupun tujuan pada anak mengenai obyek yang dibuatnya sendiri.agar anak lebih mudah paham tentang obyek yang dibuatnya.
3)      Anak sulit berimajinasi
Cara Menangani: upaya seorang guru Taman kanak-kanak untuk mengatasi anak yang sulit berimajinasi pada saat menggambar. Strategi yang diterapkan guru tersebut anatara lain: memberikan kebebasan kepada anak untuk menggambar sesuatu sesuai dengan minat anak, mengajak anak keluar kelas, kemudian meminta anak untuk bercerita dan menggambarkan apa yang ditemukan di lapangan.
d  Aspek Sosial Emosional
        Perkembangan psikis dan sosial anal-anak erat hubungannya dengan perkembangan jati diri anak. Permasalahan psiko-sosial anak bisa berasal dari dalam diri anak itu sendiri maupun yang berhubungan dengan orang lain. Permasalahan psiko-sosial yang terjadi anak-anak usia taman Kanak-kanak bukan merupakan hal yang permanen. Hal ini perlu kita maklumi karena anak-anak usia TK proses berpikirnya masih dalam periode pra-operasional dimana anak masih sangat dominan dengan sifat egosentrisnya.
Permasalahan sosio-emosional yang terjadi pada anak-anak usia Taman Kanakkanak termasuk permasalahan psikologis. Permasalahan sosio-emosional anak juga berasal dari dalam dirinya dan berhubungan dengan orang lain. Masalah-masalah sosio-emosional anak TK antara lain:
1)     Sukar berhubungan dengan orang lain, seperti takut pada orang dewasa selain orang yang sudah dikenalnya, kemudian takut sekolah yang dimungkinkan anak takut dengan guru atau belum siap berpisah dari orang tuanya.
2)     Mudah menangis
3)     Sering membangkan jika keinginannya tidak dituruti
4)     Tidak mau bergaul dengan temannya
5)     Mau menang sendiri
6)     Belum memiliki pemahaman tentang konsep dan peran jenis kelamin
7)     Belum dapat mengikuti secara penuh aturan-aturan yang ada
Contoh permasalahan lain dan cara menanganinya:
1.    Penakut
        Setiap anak memiliki rasa takut, namun jika berlebihan dan tidak wajar maka perlu diperhatikan. Rasa takut anak TK biasanya terhadap hewan, serangga, gelap, dokter atau dokter gigi, ketinggian, monster, lamunan, sekolah, angin topan, dll.
Cara menanganinya dengan melalui kegiatan aktifitas dengan penuh tantangan agar anak bebas dari rasa takutnya selain itu juga dapat pula dilakukan untuk Memanfaatkan imajinasi anak untuk menumbuhkan keberanian
2.     Agresif
       Agresif adalah tingkah laku menyerang baik secara fisik maupun verbal atau melakukan ancaman sebagai pernyataan adanya rasa permusuhan. Perilaku tersebut cenderung melukai anak lain seperti menggigit, mencakar, atau memukul. Bertambahnya usia diekspresikan dengan mencela, mencaci dan memaki.
Cara menanganinya dengan melalui :
Bermain peran, belajar mengenal perasaan, belajar berteman melalui permainan beregu, beri penguatan jika anak berperilaku tepat dengan temannya, Perbanyak kegiatan yang menggunakan gerakan motorik.
3.     Pemalu
        Pemalu adalah reaksi emosional yang tidak menyenangkan, yang timbul pada seseorang, akibatnya adanya penilaian negatif terhadap dirinya.
Cara menanganinya dengan melalui :
Melibatkan anak pada kegiatan yang menyenangkan, belajar bergabung melalui permainan, mengajar cara mulai berteman, dorong anak berpartisipasi dalam kelompok
       Seiring dengan perkembangan sosial, anak-anak usia prasekolah juga mengalami perkembangan moral. Adapun yang dimaksud dengan perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan aturan dan konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain. Anak-anak ketika dilahirkan tidak memiliki moral (imoral). Tetapi dalam dirinya terdapat potensi moral yang siap berinteraksi dengan orang lain (dengan orang tua, saudara dan teman sebaya), anak belajar memahami tentang perilaku mana yang baik, yang buruk, yang boleh dikerjakan dan tingkah laku mana yang buruk, yang tidak boleh dikerjakan

e.     Aspek Moral dan Nilai Agama
Dalam mengatasi kenakalan anak  yang paling dominan  mengendalikan adalah dari keluarga, karena merupakan lingkungan yang paling pertama ditemui seorang anak. Di dalam menghadapi kenakalan anak pihak orang tua kehendaknya dapat mengambil dua sikap bicara yaitu :
1)     Sikap/cara yang bersifat preventif
Yaitu perbuatan/tindakan orang tua terhadap anak yang bertujuan untuk menjauhkan si anak dari pada perbuatan buruk atau dari lingkungan pergaulan yang buruk. Dalam hat sikap yang bersifat preventif, pihak orang tua dapat memberikan/mengadakan tindakan sebagai berikut:
a.    Menanamkan rasa disiplin dari ayah terhadap anak.
b.    Pencurahan kasih sayang dari kedua orang tua terhadap anak.
c.    Menjaga agar tetap terdapat suatu hubungan yang bersifat intim dalam satu ikatan keluarga.
d.    Disamping keempat hal yang diatas maka hendaknya diadakan pula :
e.    Pendidikan agama untuk meletakkan dasar moral yang baik dan berguna.
f.     Penyaluran bakat si anak ke arab pekerjaan yang berguna dan produktif, supaya kepribadian dan kreatifitas anak terasah.
g.    Rekreasi yang sehat sesuai dengan kebutuhan jiwa anak.
h.   Pengawasan atas lingkungan pergaulan anak sebaik-baiknya.
2.   Sikap/cara yang bersifat represif
       Yaitu pihak orang tua hendaknya ikut serta secara aktif dalam kegiatan sosial yang bertujuan untuk menanggulangi masalah kenakalan anak seperti menjadi anggota badan kesejahteraan keluarga dan anak, ikut serta dalam diskusi yang khusus mengenai masalah perlindungan anak-anak. Selain itu pihak orang tua terhadap anak yang bersangkutan dalam perkara kenakalan hendaknya mengambil sikap sebagai berikut :
a.     Mengadakan introspeksi sepenuhnya akan kealpaan yang telah diperbuatnya sehingga menyebabkan anak terjerumus dalam kenakalan anak.
b.     Memahami sepenuhnya akan latar belakang daripada masalah kenakalan yang menimpa anaknya.
c.      Meminta bantuan para ahli (psikolog atau petugas sosial) di dalam mengawasi perkembangan kehidupan anak, apabila dipandang perlu.
d.     Membuat catatan perkembangan pribadi anak sehari-hari
e.     Mencuri dalam hal ini mengambil barang tanpa izin yang punya
f.       Merusak, ditampilkan dalam bentuk tingkah laku sengaja merusak mainan teman.
Cara menanganinya dengan Sikap tegas akan membuat anak tak ingin melanggar aturan. Sedangkan sikap galak hanya membuat anak takut. Katakan apa yang tidak boleh dilakukan dengan nada bicara yang tidak menekan dan jelas, sehingga anak dapat memahaminya dengan baik. Hindari kata-kata negatif seperti “Jangan” atau “Tidak boleh”. Lebih baik gunakan kalimat positif, mencuri dan merusak mainan teman itu tindakan yang yang dilarang oleh Allah, dan berdosa. Allah tidak menyukai anak yang suka berbuat dosa.












BAB III
PROFIL SEKOLAH

A.      INFORMASI SEKOLAH
1.       Profil Sekolah
Nama Sekolah                     : TKQ Daarul Muttaqien
No. Statistik Sekolah           : 401.2.32.15.0133
Propinsi                                 : Jawa Barat
Kabupaten                            : Karawang
Desa / Kelurahan                : Poponcol Kidul
Kecamatan                            : Karawang Barat
Jalan                                      : Jl. Suryadi Pati RT 04 RW 02 Poponcol Kidul
Kode Pos                               : 41361
Akreditasi                              : B
Surat Kelembagaan            : No.4736/10432/1/2009             

2.         VISI DAN  MISI
VISI
Mewujudkan Generasi Penerus yang Berilmu, Bertaqwa dan Berakhlak Mulia
MISI
1.    Menanamkan nilai agama sejak dini dengan kegiatan yang menyenangkan
2.    Mengembangkan kreatifitas anak dengan berbagai media pembelajaran
3.    Mengembangkan kemampuan dasar anak melalaui kegiatan bermain yang menyenangkan
4.    Mengembangkan kemampuan sosial, emosional dan kerjasama melalui kegiatan yang menarik.


B.       INFORMASI KELAS DAN SEKOLAH

Tabel 1
Sarana dan Prasarana

No
Fasilitas
F
Keadaan
1
Kelas
2
Cukup
2
Taman Bermain
1
Sedang
4
Kantor
1
Kurang Baik
5
WC
2
Kurang Baik


C.       INFORMASI GURU
Tabel 2
Keadaan Guru pada TKQ Darul Muttaqien Tahun 2016
No
Status Guru
F
Jumlah
1
CPNS/PNS
1

2
Honor/kontrak
2

3
Laki-laki
-

4
Perempuan
2

5
S1
2

6
Sertifikasi
-


Kepala sekolah        :  Suhudin, S.Pd
Guru                           :  Nurlina, S.Pd
                                       Cucu Nurhayati






D.        INFORMASI SISWA
Tabel 3
Keadaan Peserta Didik pada TKQ DARUL MUTTAQIEN
No
Status
F
Ket
1
Laki-laki
10

2
Perempuan
13


Jumlah
23

























BAB IV
PROSEDUR  PELAKSANAAN  OBSERVASI

A.     Pelaksanaan observasi:
Waktu                        : Selasa, 28 November 2017
Tempat                      : TKQ DAARUL MUTTAQIEN
Pelaku  asesmen       :  Atun Hartinah
Sumber data              Pengamatan, Wawancara, dan Dokumentasi

B.    Uraian Kegiatan Pembelajaran
1.   Kegiatan anak
Berdasarkan hasil observasi saya, di  TKQ Daarul Muttaqien siswa-siswi masuk pada pukul 14.00 WIB. Anak-anak datang sebelum jam masuk dengan atau tanpa diantar oleh keluarganya.
Anak mengikuti kegiatan pembelajaran seperti yang akan diuraikan di bawah ini. Sedangkan pada jam istirahat, anak-anak bermain di luar dengan alat permainan outdoor, sebagian ada yang membeli makanan ringan pada penjual yang ada di halaman ataupun di serambi. Anak-anak pulang pada pukul 16.00 .
2.   Kegiatan guru
Jumlah guru yang ada di TKQ Daarul Muttaqien hanya ada 2 orang. Para guru datang ke Sekolah dan anak-anak sudah menunggu di depan pintu. Guru membersihkan dan menata ruang kelas kemudian baru memulai pembelajaran. Ketika pembelajaran selesai, guru merapikan alat-alat yang digunakan dan membersihkan ruang kelas kemudian berdiskusi dengan guru lainnya di ruangan kantor baru kemudian pulang.
3.  Kegiatan orang tua/pendamping
Sebagian siswa datang tanpa diantar orang tua mereka, karena umumnya jarak rumah mereka cukup dekat. Namun ada juga anak yang diantar dan dijemput orang tuanya setiap hari. Pada waktu istirahat, para orang tua siswa ada yang menyuapi anaknya, ada yang mengobrol dengan wali muridnya yang lain, ada juga yang mengobrol dengan guru pengajar.

C.    KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan pembelajaran berdasarkan hasil observasi yang saya lakukan pada hari Selasa, 28 November 2017 di TKQ Daarul Muttaqien.
Kegiatan Awal 30 menit yang dilakukan di teras TKQ pukul 14.00-14.30
1)    Berbaris
2)    Berdoa
3)    Hafalan doa’a sehari-hari
4)    Menyanyi bersama-sama
5)    Menari bersama sambil duduk kemudian sambil berdiri
6)    Mengucapkan salam dengan memakai bahasa Indonesia dan bahasa Inggris
7)    Kegiatan Inti 60 menit yang dilakukan di tiap-tiap kelas
Berikut adalah kegiatan-kegiatan yang telah saya observasi di kelas B1. Pada waktu itu, kegiatan intinya adalah bertemakan makanan.
30 menit pertama (pukul 14.30-15.00)
1)     Menghafal asmaul husna
2)     Menghafal rukun islam
3)     Menyanyi lagu-lagu anak (Balonku ada lima)
4)     Menghafal nama nabi dan rasul
5)     Menghafal 4 sehat 5 sempurna
6)     Kemudian guru menjelaskan fungsinya mengapa manusia harus makan
7)     Menyebutkan alat-alat untuk makan
8)     Menyebutkan alat-alat untuk memasak
9)     Menyebutkan makanan yang mengenyangkan
Istirahat 30 menit (pukul 15.00-15.30)
Anak-anak yang selesai mengerjakan tugasnya kemudian memanfaatkan waktu istirahat selama 30 menit. Ada yang bermain di permainan outdoor, ada juga yang membeli jajanan dan memakan bekal makanan mereka dengan disuapi atau tidak oleh orang tua mereka. Namun ada juga yang masih mengerjakan tugasnya karena belum tugasnya tersebut belum dapat diselesaikan.
30 menit kedua (pukul 15.30-16.00)
Guru membagikan buku lembar kerja dan pensil berwarna kepada anak-anak kemudian guru memberikan tugas kepada anak-anak berupa:
1)     Belajar menulis
2)     Melengkapi huruf
3)     Mewarnai gambar
4)     Membedakan benda-benda yang berbeda ukuran

Kegiatan Penutup
1)     Anak-anak diminta berkumpul
2)     Menyanyikan lagu sifat-sifat rasul
3)     Menyanyikan lagu rasa sayange
4)     Membaca surat Al ‘Asr
5)     Membaca doa selesai belajar
6)     Mengucapkan salam “Assalamu’alaikum”












 BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.      Kesimpulan Secara Umum
 Dari kunjungan yang telah kami lakukan maka dapat kami simpulkan bahwa Setiap pembelajaran berdasarkan kurikulum yang berlaku, kurikulum kemudian dikembangkan. Pengembangannya disesuaikan dengan kondisi potensi siswa dan kesiapan guru-guru, jadi dasar pengembangan kurikulumnya dikembangkan dalam bentuk silabus/ RKM (Rencana Kegiatan Mingguan) kemudian RKH (Rencana Kegiatan Harian).
Program BK di TKQ Darul Muttaqien  belum ada dan guru khusus yang memegang BK, namun setiap guru senantiasa menjalankan program BK pada setiap kegiatan pembelajaran di kelas. Walaupun  BK tidak ada di  TKQ Darul Muttaqien tetapi guru di sana melakukan pelayanan yaitu dengan melakukan hubungan yang dekat atau melakukan pendekatan terhadap pribadi anak sehingga dapat membantu si anak ketika mereka dalam kesusahan. Dan guru ini melakukan kunjungan rumah itu pun yang dimaksud dengan kunjungan rumahnya adalah menjenguk siswa atau guru yang sedang sakit atau kemalangan.

B.    Pembahasan
1.     Karakteristik Perkembangan  Anak di TKQ Daarul Muttaqien
Setiap anak memiliki karakteristik tersendiri baik secara potensi maupun irama perkembangan. Keunikan kemampuan dan perkembangan pada satu anak tidak dapat disamakan dengan anak-anak lainnya, mereka memiliki khas masing-masing. Ketika anak berada pada masa taman kanak-kanak, diharapkan anak mampu mencapai tugas-tugas perkembangan sesuai dengan masa perkembanganya. Ketercapaian salah satu tugas tersebut dapat menimbulkan kesulitan atau hambatan untuk melaksanakan tugas pada masa berikutnya.

Karakteristik bimbingan di TK yang dapat dijadikan rujukan guru adalah sebagai berikut:
1)    Proses bimbingan harus disesuaikan dengan pola pikir dan pemahaman anak
2)    Pelaksanaan bimbingan terintegrasi dengan pembelajaran
3)    Waktu pelaksanaan bimbingan sangat terbatas
4)    Pelaksanaan bimbingan dilaksanakan dalam masa bermain
5)    Adanya keterlibatan teman sebaya
6)    Adanya keterlibatan orang tua

2.    Permasalahan Perkembangan Anak di TKQ Darul Muttaqien Poponcol Kidul
1.     Permasalahan dan Faktor Penyebabnya
a.      Masalah yang dihadapi tidak ada yang begitu menonjol, hanya saja konsentrasi anak yang pendek sehingga menjadikan proses belajar tidak begitu kondusif.
b.      Konsentrasi anak mudah terbelah dan anak mudah jenuh. Lembaga kekurangan tenanga pengajar sehingga tidak memiliki guru BK.
c.      Lembaga tidak memiliki wadah untuk menampung permasalahan anak yang dikeluhkan orang tua.
2.     Identifikasi permasalahan perkembangan anak
       Dalam kegiatan observasi, saya selaku observer melakukan pengamatan terhadap 1 orang peserta didik yang memiliki masalah dalam proses perkembangannya. Berikut hasil observasi yang telah di lakukan:
a)   Analisis
1.    Nama Lengkap                       :  Ilmira Vania Julyan
2.    Jenis Kelamin                         :  Perempuan
3.    Agama                                   :  Islam
4.    Umur                                      :  5 Tahun
5.    Anak Ke                                 :  1 Dari 2 Bersaudara
6.    Tempat/Tgl Lahir                    :  Karawang, 15 Juli 2012
7.    Alamat Rumah                        :  Jln. Suryadi Pati RT 03 Rw 01
8.    Warga Negara                         :  Indonesia

Keterangan Keluarga
1)    Ayah
Nama                          :  Yanyan Iskandar
Agama                        :  Islam
Umur                          :  29 Tahun
Alamat                        :  Jln. Suryadi Pati RT 03 Rw 01
2)    Ibu
Nama                         :  Sherly Mega Sari
Agama                       :  Islam
Umur                           :  28 Tahun
Alamat                        :  Jln. Suryadi Pati RT 03 Rw 01

A.     Gambaran Tentang Anak:
a.     Hasil Observasi
Hari/Tanggal               : Selasa, 28 November 2017
Waktu                         : 14.00 -16.30
Lokasi                        : kelas TKQ B
Deskripsi Hasil Observasi
Hari ini Vani melakukan kegiatan menulis bersama teman-teman lainnya. Ia menunggu giliran sebelum namanya dipanggil untuk mengambil buku tugas, dan saat ia mendapatkan buku tugas ia mencari tempat bersama teman-temannya untuk mulai mengerjakan tugas. Vania mulai mengerjakan tugas, selain itu Vania  juga memperhatikan perintah gurunya tentang tugas apa yang harus dibuat. Vania sangat senang menulis , walupun teman - temannya  berlarian kesana kemari tapi Vania tetap pokus dengan apa yang diperhatikan gurunya. Vania ingin segera tugasnya cepat selesai, tetapi Vania malah ketinggalan dalam membuat tugas dikelas, karena Vania terlihat  sangat lamban dalam menulis walaupun begitu, tulisan Vania  sangat rapid an bagus, tidak ada huruf – huruf yang ketinggalan dalam kata- kata yang di tulis Vania. perlu menjadi catatan disini, selama mengerjakan tugas Vania tetap fokus. Kemudian Vania  dan teman-teman lain meninggalkan satu persatu untuk menyerahkan tugas, sementara Vania masih belum setengahnya pada saat itu baris pertama telah  selesai,   dan setengah dari baris kedua, tapi Vania tetap fokus dengan tugas yang dibuatnya. Dan pada akhirnya Vania selesai mengerjakan tugas, jauh terlambat dari teman – teman lainyana yang telah lebih dulu selesai.
Hasil wawancara
b.   Hasil wawancara I
Hari/ Tanggal            : Selasa, 28 November 2017
Waktu                         : 09.50 – 10.00
Sumber                      : Nurlina ( wali kelas )
Deskripsi hasil wawancara
Wawancara pertama ini bersumber dari wali kelas B, yakni ibu Nur, Dari hasil wawncara pertama mengatakan Vania adalah anak yang mengalami keterlambatan bicara. Bila Vani mengucapkan sesuatu atau kalimat yang membuat orang tidak mengerti apa yang diucapkan oleh Vani, tetapi dari hasil penuturan wali kelas B, walaupun Vania mengalami gangguan bicara, cara belajarnya dikelas cukup bagus. Nilai- nilai tugas yang dibuat oleh Vania  juga mendapat nilai yang bagus. Hanya saja bicara Vania yang sulit untuk dipahami. Menurut pengakuan wali kelas B , Vania pernah mengalami riwayat penyakit step, dan Vania mengalami sakit yang cukup lama dan Vania sering digendong  kemudian jarang main keluar rumah. Dan sejak itu Vania mulai sulit untuk berbicara dengan baik, tetapi bila diberi perintah oleh gurunya dikelas, Vania tetap menggerti dan mengerjakan tugas sesuai dengan tugas yang dikatakan guru.



Hasil Wawancara II
Hari/ Tanggal            : Rabu, 28 November 2017
Waktu                         : 15.30-16.00
Sumber :  Cucu
Deskripsi Hasil wawancara II
Dari hasil wawancara ini kembali dikuatkan bahwa Vania merupakan anak yang sulit bicara. Sehingga membuat teman-temannya kurang tahu apa yang diucapkan oleh Vania. walaupun begitu teman-teman Vania memahami Vania. Teman-teman Vania sudah diberitahu oleh wali kelasnya, bahwa Vania kurang dalam bicaranya, tidak seperti anak-anak seusianya. Bagi wali kelas Vania juga mengatakan bahwa ada satu titik peningkatan kemajuan dalam kongnitif  Vania hal ini mungkin karena adanya pola asuh yang baik dari orang tua Vania.

B.     Analisis Masalah
Setiap anak sebenarnya memiliki ciri dan keunikan masing-masing, termasuk Vania. Sehingga tidak serta mula setiap anak bisa
digeneralisasikan mendapatkan diagnosis suatu gangguan dikarenakan apa yang mendominasi terlihat pada perilaku anak tersebut. Dalam kasus Vania, dari teori yang saya dapatkan, faktor lingkungan juga berpengaruh terhadap kemampuan berbicara anak. Gangguan bicara anak juga berhubungan erat dengan area lain yang mendukung seperti fungsi otak , mulut, dan fungsi pendengaran. Gangguan perkembangan artikulasi meliputi kegagalan mengucapkan satu huruf sampai beberapa huruf. Sering terjadi penghilangan atau penggantian bunyi huruf itu sehingga menimbulkan kesan bahwa bicaranya kurang sempurna. Selain ada juga yang dinamakan dengan afasia, yakni kehilangan kemampuan untuk bebicara dengan baik dan jelas.
Dalam hal ini Vania juga memiliki riwayat perkembangan bahasa yang normal, dan memiliki onset setelah trauma kepala atau gangguan neorologia seperti penyakit step. Setelah mengalami step Vania mulai sulit untuk mengatur pengucapannya dengan baik. Dari hasil wawancara, Vania mengalami step cukup lama sehingga kemungkinan berpengaruh pada fungsi otot mulutnya, sehingga mengakibatkan Vania mengalami keterlambatan berbicara.
C.   Sintesis (Kesimpulan Sementara)
Berdasarkan hasil yang dilakukan, didapat hasil bahwa ada beberapa keterlambatan bicara yang ditunjukan oleh siswa, hal tersebut antara lain yaitu:
a.    Mengalami keterlambatan bicara, hal ini dapat dilihat saat Vania berbicara. Baik kepada gurunya maupun teman-temannya . dan juga pada saat Bercerita. Meskipun Vania maju kedepan bercerita, Vania sangat percaya diri walaupun dia sulit mengucapkan kata-kata.
b.    Sulit untuk memulai percakapan dengan orang lain, seperti saat Vania  bertemu dengan orang lain yang tidak dikenalnaya. Sehingga harus memerlukan bantuan dari gurunya untuk bisa mengetahui apa ucapan yang dikatakan oleh Vania
c.    Tidak dapat melafalkan beberapa huruf vocal. Dimana dalam hal ini Vania sering tidak lengkap mengucapkan kata-katanya. Seperti Vania tadi jatuh, maka Vania akan mengatakan gu gus atuh. Sering kaliamat yang diucapkan Vania tidak sempurna .
d.    Mengamuk tiba-tiba ketika tidak merasa nyaman . tapi Vania bisa stabil ketika gurunya sudah menenangkan.
D.   Diagnosis 
Ada beberapa yang menyebabkan keterlambatan bicara pada anak, diantaranya adalah sebagai berikut :
1.   Hambatan pendengaran
Pada beberapa kasus, hambatan pada pendengaran berkaitan dengan keterlambatan bicara, maka dia akan mengalami hambatan pula dalam memahami, meniru, dan menggunakan bahasa. salah  satunya adalah karena infeksi telinga.
Hambatan perkembangan pada otak yang menguasai kemampuan oral-motor
Masalah pada oral-motor di otak dapat menyebabkan adanya ketidakefisienan hubungan daerah otak yang bertanggung jawab menghasilkan bicara. Akibatnya si anak mengalami kesulitan  menggunakan bibir, lidah, bahkan rahangnya untuk menghasilkan bunyi rangsangan tertentu.
2.   Masalah keturunan
Sejauh ini masalah keturunan belum dapat diteliti korelasinya dengan etologi dari hambatan pendengaran. Namun beberapa kasus, dimana seorang anak mengalami keterlambatan bicara, ditemukan kasus serupa pada generasi sebelumnya atau pada keluarganya. Dengan demikian, kesimpulan sementara hanya menunjukan adanya kemungkinan masalah keturunan sebagai salah satu factor yang mempengaruhinya.
3.   Masalah pembelajaran dan komunikasi dengan orang tua
Masalah komunikasi dan interaksi dengan orang tua tanpa disadari memiliki peran penting membuat anak mempunyai kemampuan bicara dan bahasa yang tinggi. Banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa cara mereka berkomunikasi dengan si anaklah yang juga membuat si anak tidak banyak mempunyai pembendaharaan kata, kurang dipacu untuk berpikir logis, analisa atau membuat kesimpulan dari kalimat-kalimat  yang sangat sederhana sekalipun.

4.    Anak-anak yang diasuh oleh orangtua/pengasuh
Yang pendiam seringa kali terjadi kurang terstimulasi. Begitu juga anak-anak yang setiap hari kegiatannya hanya menonton TV. Anakpun misalnya hanya menunjuk-nunjuk apa yang diinginkannya.
5.   Adanya keterbatasan fisik
Adanya keterbatasan fisik seperti pendengarannya kurang sempurna, bibir sumbing dan sebagainya juga bisa merupakan penyebab keterlambatan bicara pada anak.
6.   Penyakit yang menggangu fungsi bicaranya
Kasus yang sering ditemui seperti anak yang pernah mengalami  penyakit step, maka anak akan mengalami keterlambatan dalam bicaranya . meskipun itu bukan satu-satunya factor. Hanya saja dengan gangguan fungsi otot mulutnya dapat menyebabkan keterlambatan bicara.
F.  Prognosis
Gangguan ini sering dialami oleh laki-laki dan sering terdapat riwayat keterlambatan bicara pada keluarga. Biasanya hal ini merupakan keterlambatan bicara yang ringan prognosisnya baik. Pada umumnya kemampuan bicara akan tampak membaik setelah memasuki usia 2 tahun terdapat peneliti yamg melaporkan penderita keterlambatan ini kemampuan bicara saat masuk usia normal seperti anak lainnya. Penyebab Keterlambatan bicara sangat luas dan banyak, gangguan tersebut ada yang  ringan sampai yang berat, mulai dari yang bisa membaiki pada usia tertentu hingga sulit membaik
Beberapa gejala dan tanda yang harus diwaspadai bila anak mengalami keterlambatan bicara:
a.    Deprivasi lingkungan bisa disebabkan karena lingkungan sepi, status ekonomi social, tehnik pengajaran yang salah, sikap orang tua. Gangguan bicara pada anak dapat disebabkan karena kelainan organik yang menganggu beberpa system tubuh seperti otak,pendengaran dan fungsi motorik lainnya.
b.   Beberapa penelitian menunjukan penyebab gangguan bicara adalah adanya gangguan . penyimpangan ini biasanya merujuk ke otak kiri. Beberapa anak juga ditemukan penyimpangan belahan otak kanan, korpus kalusum dan lintas pendengaran yang saling berhubungan.
c.  Hal ini juga dapat disebabkan karena diluar organ tubuh  seperti lingkungan  yang kurang mendapatkan stimulasi yang cukup atau pemakaian 2 bahasa. Bila penyebabnya karena lingkungan biasanya keterlambatan yang terjadi tidak terlalu berat.

G.    Treatment (penanganan keterlambatan bicara anak)
a.      Bila tidak terdapat gangguan autis, gangguan kecerdasan, gangguan pendengaran dan gangguan susunan saraf pusat lainnya maka biasanya masuk golongan keterlambatan bicara fungsional. Biasanya gangguan kelompok ini ringan dan pertambahan usia atau setelah usia 2 tahun membaik dengan cepat. Biasanya gangguan ini bukan masalah karena kurang stimulasi, terlalu banyak melihat televise karena yang terjadi adalah gangguan ekspresi atau  gangguan kordinasi gerak mulut. Hal ii terbukti bahwa dalam saudara yang sama factor stimulasi dan melihat televisi sama tetapi anak satu terlambat bicara. Mungkin saja factor tersebut hanya memperberat bukan penyebab utama. Gangguan kelompok ini sering terjadi pada penderita yang mengalami alergi dan hipersenitifitas makanan atau riwayat penyakit.
b.    Pada kelainan non fungsional atau gangguan organik diorgan susunan saraf pusat tampaknya harus segera dilakukan intervensi sejak dini lebih agresif.
c.    Perlukah terapi wicara meski stimulasi dan intervensi sejak dini paling baik tetapi pada anak dengan gangguan keterlambatan bicara fungsional biasanya terapi wicara secara khusus belum diperlukan. Intervensi dan stimulasi untuk gerakan oral oral motor dapat dilakukan dirumah dengan penanganan dalam segi pencapain tingkat kesadaran yang optimal dengan stimulasi multi sensoris, stimulasi kontrol gerak dan refleksi menelan, teknik khusus untuk posisi yang baik. Penggunaan sikat gigi listrik kadang membantu stimulasi sensoris otot didaerah mulut tindakan yang tampaknya dapat membantu adalah dengan membiasakan minum menggunakan sedotan, latihan senam gerak otot mulut, latihan meniup balon atau harmonika. Bila setelah
usia 2-3 tahun perkembangan bicara dan terapai sensori dapat segera dilakukan.
d.   Terapi bicara dan terapi sensori integration harus segera dan agresifdilakukan pada gangguan keterlambatan bicara .

3.         Program Bimbingan Dan Penyuluhan Yang Diberikan.
Pelaksanaan BK pada TK ini belum terlaksana dengan baik karena pada TK ini belum ada program BK tetapi hanya pengawas yang datang satu kali dalam dua bulan (1x2 bulan). Selain konselor kunjung guru/pendidik pada TK ini melakukan layanannya dengan pemberian motivasi dengan memberikan arahan yang lebih baik bahwa agama itu indah dan menjadi pembimbing ketika mereka membutuhkan.
Ada beberapa hambatan yang terjadi dalam proses pembelajaran pada peserta didik diantaranya yaitu naik turunnya emosi anak. Dan solusi yang diberikan oleh guru yaitu dengan konsultasi dengan orang tua dan melakukan pendekatan fisik/lisan kepada anak sehingga dapat membantu si anak dalam mengentaskan permasalahannya.

Pelaksanaan BK
No
Pelaksanaan
Keterangan
1
Bidang Pengembangan
1)      Bahasa
2)      Agama
3)      Afektif
4)      fisik
2
Hambatan
Naik turunnya emosi
3
Solusi
Mengkonsultasikan kepada orang tua dan melakukan pendekatan fisik kepada anak.



No
Aspek
Program
keadaan
1
Fisik
Senam sehat, (1x1 minggu)
Jalan bersama (1x2 minggu)
Cukup Baik
2
Kognitif
Melakukan permainan benar salah
Cukup
3
Bahasa
Lebih sering berkomunikasi dengan peserta didik (tanya jawab)
Bukunya bergambar dan menarik
Sudah Baik
4
Sosial Emosional
Membentuk kelompok bermain
Baik
5
Moral dan Agama
Praktik Sholat dan Infak
Baik


4.         Rekomendasi
1)     PAUD memerlukan layanan bimbingan dan konseling untuk mencapai suatu perkembangan optimal. Bimbingan dan konseling diperuntukan bagi semua peserta didik, baik yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah. Bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan tercegahnya/terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalahan yang akan dapat mengganggu, menghambat ataupun menimbulkan kesulitan-kesulitan dalam proses perkembangannya. Segenap pelayanan/kegiatan BK didasarkan tidak boleh bertentangan dengan nilai dan norma yang ada, yaitu nilai dan norma agama,  sosial dan peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan yang berlaku.
2)     Bagi Orang Tua hendaknya memberikan bimbingan sejak dini kepada anaknya, karena waktu anaknya lebih banyak ada dilingkungan keluarga. Untuk guru BK hendaknya selalu memberi layanan bimbingan kepada siswa dengan cara dan metode yang bervariasi sehingga siswa tidak merasa bosan ketika proses pemberian layanan.
3)     Gangguan kemampuan bicara atau keterlambatan bicara dan berbahasa ini haruslah dideteksi dan ditangani sejak dini dan dengan metode yang tepat. Bagaimana pun juga, bicara dan bahasa merupakan media utama seseorang untuk mengekspresikan emosi, pikiran, pendapat dan keinginannya. Bayangkan saja, jika ia mengalami masalah dalam mengekspresikan diri, untuk bisa dimengerti oleh orang lain atau orang tuanya, guru dan teman-temannya, maka bisa membuat ia frustrasi. Mungkin pula ia akan merasa frustrasi dan malu karena teman-temannya memperlakukan dia secara berbeda, entah mengucilkan atau pun membuatnya jadi bahan tertawaan. Jika tidak ada yang bisa mengerti apa sih yang jadi keinginannya atau apa yang dimaksudkannya, maka tidak heran jika lama kelamaan ia akan berhenti untuk berusaha membuat orang lain mengerti. Padahal, belajar melalui proses interaksi adalah proses penting dalam menjadikan seorang manusia bertumbuh dan berhasil menjadi orang seperti yang diharapkannya.









LAMPIRAN
Dokumentasi Kegiatan Observasi








CATATAN LAPANGAN
(Wawancara)

KODE                                     :
HARI, TANGGAL                 :
JAM                                        :
TEMPAT                                :
KONTEKS                             :
Interviewer                            :


Pertanyaan
Jawaban













CATATAN LAPANGAN
(OBSERVASI)


KODE                                     :
HARI, TANGGAL                 :
JAM                                        :
TEMPAT                                :
KONTEKS                             :
NAMA                                                :
OBSERVER                         :


DESKRIPSI:

Catatan Observasi
























Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia dini

BAB I PENDAHULUAN A.    Latar belakang         Setiap anak yang lahir ke dunia, sangat rentan dengan berbagai masalah. Masalah yang dihadapi anak, terutama anak usia dini, biasanya berkaitan dengan gangguan pada proses perkembangannya. Bila gangguan tersebut tidak segera diatasi maka akan berlanjut pada fase perkembangan berikutnya yaitu fase perkembangan anak sekolah. Pada gilirannya, gangguan tersebut dapat menghambat proses perkembangan anak yang optimal. Dengan demikian, penting bagi para orang tua dan guru untuk memahami permasalahan-permasalahan anak agar dapat meminimalkan kemunculan dan dampak permasalahan tersebut serta mampu memberikan upaya bantuan yang tepat. B.     Rumusan masalah 1.    Apa yang dimaksud dengan perkembangan sosial emosional dan moral? 2.    Apa sajakah Permasalahan Sosial yang sering terjadi pada anak usia dini? 3.    Apa sajakah permasalahan Emosional yang sering terjadi pada anak usia dini? 4.     Apa sajakah permasalahan Moral ya

Metode Pembiasaan pada Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN 1.1        Latar Belakang             Anak adalah buah hati   yang sangat dibanggakan setiap orang tua agar mereka meraih keberhasilan di dalam hidupnya. Oleh karena itu, orang tua yang memahami peran dan kewajibannya selalu memperjuangkan anak-anak mereka agar tidak terjebak di jalan hidup yang salah. Segala cara dicoba, segala metode diterapkan, kerja keras dan cerdas diupayakan, demi si anak merasakan kebahagiaan ketika meraih kesuksesan.              Hal yang sangat menyedihkan apabila anak-anak tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang salah. Hal yang sangat mengkhawatirkan apabila si anak memperoleh pendidikan dari orang-orang yang tidak tepat. Dan, hal yang sangat mengecewakan apabila si anak tidak pernah   merasakan keberhasilan, baik itu keberhasilan besar maupun kecil, di sekolah maupun di dalam kehidupan yang lebih luas.             Oleh sebab itu, agar si anak meraih kesuksesan sekarang dan di masa yang akan datang, orang tua wajib mendidik

MAKALAH KEAKSARAAN FUNGSIONAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1       Latar Belakang Salah satu program pendidikan dalam masyarakat yang paling efektif dilakukan adalah program pemberantasan buta aksara. Bagi mereka yang telah tidak lagi buta aksara, putus sekolah atau tamat sekolah tetapi tidak melanjutkan, perlu disediakan suatu program agar dapat meningkatkan kemampuan pengetahuan, keterampilan, dan memperluas wawasan sebagai bekal untuk mengembangkan diri, bekerja, atau berusaha secara mandiri. Keberadaan program pemberantasan buta aksara sangat penting sebagai sarana belajar masyarakat. Dengan demikian, sebagai sarana yang diharapkan dapat menjadi pembina dalam kegiatan pemberantasan buta aksara dan dapat memanfaatkan makalah ini sebagai sumber yang baik. Keaksaraan merupakan keadaan mengenai aksara yang meliputi membaca, menulis, berhitung, dan berkomunikasi secara fungsional yang memungkinkan seseorang untuk secara terus-menerus mengembangkan kompetensinya sehingga dapat meningkatkan mutu dan taraf kehidupa