MAKALAH
LATAR
BELAKANG MUNCULNYA FILSAFAT
PENDIDIKAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Kelompok
FILSAFAT
PENDIDIKAN
Dosen Pengampu : Jaenal
Abidin, S.Pd.I. M.Pd.I
Disusun
Oleh :
Yuni Silvia Z NPM 1441170506003
Atun Hartinah NPM
1441170506005
Intan Sarah NPM 1441170506006
PENDIDIKAN GURU RAUDHATUL ATHFAL
FAKULTAS AGAMA
ISLAM
UNIVERSITAS
SINGAPERBANGSA KARAWANG
2016
|
KATA PENGANTAR
Dengan
Mengucapakan Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas khendak Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini. meskipun banyak sekali kekurangan dan kesalahan
didalamnya, namun kami berharap bisa memberikan sedikit pengetahuan tentang hal
yang kami tulis ini.
Makalah
ini berjudul “Latar Belakang Munculnya Filsafat Pendidikan”, dimana didalamnya diterangkan tentang perkembangan pemikiran filsafat spiritualisme kuno,
reaksi terhadap spiritualisme di Yunani, pemikiran filsafat Yunani kuno hingga
abad pertengahan, pemikiran filsafat pendidikan menurut Socrates, Plato dan
Aristoteles.
Semoga makalah ini
dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. kami menyadari
bahwa dalam penuliasan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena
itu kami, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Karawang, Maret 2016
Penyusun,
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar
....................................................................................................i
Daftar Isi
..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
1.1
Latar Belakang.....................................................................................1
1.2
Rumusan Masalah................................................................................1
1.3
Tujuan .................................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN...................................................................................2
2.1 Latar
Belakang Munculnya Filsafat Pendidikan
……………..……... 2
2.2 Perkembangan
Pemikiran Filsafat Spiritualisme Kuno
…………….. 2
2.3 Reaksi
Terhadap Spritualisme Di Yunani ……………………...…… 6
2.4 Pemikiran
Filsafat Yunani Kuno Hingga Abad Pertengahan ……...…8
2.5 Pemikiran
filsafat pendidikan menurut Socrates ( 470-399 SM )….....8
2.6 Pemikiran
filsafat pendidikan menurut Plato ( 427-347 SM )…….......9
2.7 Pemikiran
filsafat pendidikan menurut Aristoteles (367-345 SM )…10
BAB III PENUTUP...........................................................................................14
3.1
Kesimpulan........................................................................................14
3.2
Saran..................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Filsafat
diakui sebagai induk ilmu pengetahuan ( the mother of sciences ) yang mampu
menjawab segala pertanyaan dan permasalahaan. Mulai dari masalah-masalah yang
berhubungan dengan alam semesta hingga masalah manusia dengan segala
problematika dan kehidupanya. Diantara
permasalahan yang dapat dijawab oleh filsafat adalah permasalahan yang ada
dilingkungan pendidikan.
Padahal
menurut John Dewey, seorang filosof Amerika, filsafat merupakan teori umum dan
landasan pertanyaan dan menyelidiki faktor-faktor realita dan pengalaman yang
terdapat dalam pengalaman pendidikan Apa yang dikatakan John Dewey memang
benar. Dan karena itu filsafat dan pedidikan memiliki hubungan hakiki dan
timbal balik, berdirilah filsafat pendidikan yang berusaha menjawab dan
memecahkan persoalal-persoalan pendidikan yang bersifat filosifis dan memerlukan jawaban secara filosofis. Dan pada makalah ini kami akan mencoba membahas
latar belakang munculnya filsafat pendidikan perekembangan filsafat dan pemikiran
filsafat dari beberapa filosof.
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana latar belakang munculnya
filsafat pendidikan?
2. Bagaiamana
reaksi pemikiran filsafat Spiritualisme kuno di Yunani?
3. Bagaimana
pemikiran filsafat menurut Socrates, Plato dan aristoteles?
1.3 Tujuan penelitian
1. Mengetahui latar
belakang munculnya filsafat pendidikan.
2. Mengetahui
reaksi pemikiran filsafat spiritualisme kuno di Yunani.
3. Memahami pemikiran filsafat menurut Socrates, Plato dan
Aristoteles.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Latar Belakang
Munculnya Filsafat Pendidikan
Jika
kita memperhatikan pemikiran orang barat yang membahas filsafat mereka sama
sekali lepas dari apa yang dikatakan agama. Bagi mereka titik berat filsafat
adalah mencari hikmah. Hikmah itu dicari untuk mengetahui suatu keadaan yang
sebenarnya, apa itu, dari mana itu, hendak kemana, dan bagaimana. Namun
pertayaan filosofis itu kalau diteruskan, akhirnya akan sampai dan berhenti
pada sesuatu yang disebut agama. Baik filosofis Timur maupun barat mereka
memiliki pandangan yang sama bila sudah sampai pada pertanyaanya “ bilakah
permulaan yang ada ini, dan apakah yang sesuatu yang pertama kali terjadi,
apakah yang terakhir sekali bertahan didalam ini” (Rifai, 1994: 67). Akan tetapi
mereka akan berusaha untuk
mencari hikmah yang sebenarnya supaya sampai puncak pengetahuan yang tinggi,
yaitu Tuhan Yang Maha Mengetahui dan Maha Kuasa.
Cara kerja dan hasil filsafat dapat dipergunakan untuk
memecahkan masalah hidup dan kehidupan manusia, di mana pendidikan merupakan
salah satu aspek dari kehidupan tersebut, karena hanya manusialah yang dapat
melaksanakan pendidikan. Oleh karenaa itu, pendidikaan membutuhkan filsafat. Mengapa pendidikan membutuhkan filsafat? Karena masalah – masalah pendidikan tidak
hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan, yang hanya terbatas pada pengalaman.
2.2 Perkembangan Pemikiran
Filsafat Spiritualisme Kuno
Dari
uraian diatas dapat diketahui filsafat mulai berkembang dan berubah fungsi,
dari sebagai induk ilmu pengetahuan menjadi semacam pendekatan perekat kembali sebagai ilmu pengetahuan yang
telah berkembang pesat dan terpisah satu dengan lainnya. Jadi, jelaslah bagi
kita bahwa filsafat berkembang sesuai perputaran zaman. Paling tidak, sejarah
filsafat lama membawa manusia untuk mengetahui cerita dalam katagori filsafat
spiritualisme kuno. Kira-kira 1200-1000 SM sudah terdapat cerita-cerita
lahirnya zarathusthra, dari keluarga sapitama, yang lahir ditepi sebuah sungai,
yang ditolong oleh ahura Mazda dalam masa pemerintahaan raja-raja akhamania
(550-530 SM). Timur jauh Yang termasuk dalam wilayah timur jauh ialah Cina, India dan jepang. Di India
berkembang filsafat spiritualisme, Hinduisme, dan Buddhisme. Sedangkan di
Jepang berkembang shintoisme. Begitu juga di Cina berkembang, Taoisme, dan
Komfusianism.
a.
Hinduisme
Pemikiran
spiritualisme Hindu adalah konsep karma yang berarti setiap individu telah
dilahirkan kembali secara berulang dalam bentuk manusia atau binatang sehingga
ia menjadi suci dan sempurna sebagai bagian dari jiwa universal ( reingkarnasi
). Karma tersebut pada akhirnya akan menemukan status seseorang sebagai anggota
suatu kasta. Poedjawijatna (1986:54) mengatakan, bahwa para filosof Hindu
berpikir untuk mencari jalan lepas dari ikatan duniawi agar bisa masuk dalam
kebebasan yang menurut mereka sempurna.
b.
Buddha
Pencetus
ajaran Buddha ialah Sidarta Gautama ( Kira-kira 563-483 SM ) sebagai akibat
ketidakpuasannya terhadap penjelasan para guru Hindu isme tentang kejahatan
yang sering menimpa manusia. Setelah melakukan hidup bertapa dan meditasi
selama 6 tahun, secara tiba-tiba menemukan gagasan dan jawaban dari
pertanyaannya. Gagasa-gagasan itulah yang kemudian menjadi dasar-dasa agama
Buddha ( samuel Smith, 1986:12 ).
Filsafat
Buddha berkeyakinan bahwa segala sesuatu yang ada di Dunia ini terliputi oleh
sengsara yang disebabakan oleh “Cinta” terhadap suatu yang berlebihan.
c.
Taoisme
Pendiri
Taoisme adalah Leo Tse, Lahir pada tahun 604 SM. Tulisannya yang mengandung
makna Filsafat adalah jalan tuhan atau sabda tuhan, Tao ada dimana-mana tetapi
tidak berbentuk dan tida pula diraba, dilihat,dan di dengar. Manusia harus hidup selaras dengan
tao, dan harus bisa menahan hawa nafsunya sendidi. Pengertian Tao dalam
filsafat Lao Tse tersebut dapat dimasukan dalam aliran spiritualisme.Dan
menurut aliran-aliran filsafat India dan Tiongkok, spirirtualisme itu berkaitan
dengan Etika, karena ia memberi petunjuk bagaimana manusia mesti bersikap dan
bertindak di dunia agar memperoleh bahagia dan kesempurnaan ruh (
Gazalba1986:60)
d.
Shinto
Shinto
merupakan salah satu kepercayaan yang banyak dipeluk masyarakat Jepang. Agama
Shinto tumbuh di jepang yang sangat respek terhadap alam ( natural ) di
sebabkan ajaran-ajaranya mengadung nilai antara lanin kreasi ( SOZO), generasi
( size), pembangunan (hatten), sehingga ia menjadi jalan hidup dan kehidupan
dan mengandung nilai optimis. Melihat
ajaran-ajaran pokok moral Shinto yang mengandung makna filsafat yang tinggi
diatas, maka tidalah berlebihan jika ajaran-ajaranya mengandung nilai motivasi
dan optimistik guru menjadi pegangan bagi penganutnya
1.
Timur
Tengah
a.Yahudi
Yahudi
berasal dari nama seorang putra ya’kub, yahuda. Putra ke empat dari 12
bersaudar, 12 orang inilah yang kelak menjadi nenek moyang bangsa yahudi yang
dinamakan bangsa Israel, agama yahudi pada prinsipnya sama dengan Agama nasroni
dan Agama islam, karena itu Agama Yahudi disebut juga Agama kitab ( samawi ),
yang berarti agama yang mempunyai kitab suci dari Nabi. Pemikiran-pemikiran
fisafat timur tengah muncul sekitar 1000-150 SM. Tanda-tanda yang tempat
keberadaan pemikiran filsafat itu ialah adanya penguraian tentang bentuk-bentuk
penindasan moral dari monotiesme, peredaran, kebenaran dan bernilai tinggi.S elama dua ribu tahun yang lalu
dokrtin-doktrin monotiesme dan pengajaran tentang etnis yang di anggap penting
dari kaum Yahudi, yang di kembangkan oleh Nabi musa dan para Nabi Elijah.
Pendidikan di mulai guna mengangkat martabat dan pengharapan kemanusiaan pada
masa depan ( Smith, 1986:4)
b. Kristen
pengikutnya
agama Kristen pada waktu itu tidak ubahnya seperti penganut agama lainnya,
yaitu dari golongan rakyat jelata. Setelah berkembang, pengikutnya merabah
kekalangan atas, ahli fikir ( filosof ), dan kemudian para pemikir atas kemajuannya,
zaman ini disebut zaman patristic.
Pater
berarti bapa, yaitu para bapak gereja. zaman patristik adalah zaman rasul (
pada abad pertama ), sampai abad kedelapan. Para filosofis Kristen pada masa
itu mempunyai identitas yang berpariasi dan mempunyai banyak aliran.
2. RomawidanYunani:Antromornisme
Antromornisme
merupakan suatu paham yang menyamakan sifat-sipat Tuhan ( pencipta ) dengan
sifat-sifat manusia ( yang di ciptakan ). Misalnya tentang tuhan di samakan
dengan tangan manusia. Paham ini muncul zaman patristic dan skolastik, pada
akhir zaman kuno atau zaman pertengahan filsafat barat di pengaruhi oleh
pemikiran Kristian.
Aliran-aliran
filsafat yang memepunyai pengaruh sangat besar di roma adalah, pertama,
epistimologi, yang di motori oleh epicurus ( 341-270 ). Epicurus mengatakan
bahwa rasa suka dimiliki apabila hidup secara relevan dengan alam manusia.
Sementara rasa duka merupakan yang terburuk dan patut di hindari. Kedua, aliran
stoa, yang dipelopori oleh zani (336-246 ). Aliran mempunyai pendapat bahwa
adanya kebajikan itu apa bila manusia hidup sesuai dengan alam ( Poedjawi
jatna, 1986:22 )’ Dalam sejarah, filsafat Yunani dipakai sebagai penangkal
sejarah filsafat barat. Dikatakan pangkal karena dunia barat dalam alam
pemikiran mereka berpangkal pada pemikiran Yunani.D i Yunani sejak sebelum permualaan
tahun masehi, ahli-ahli piker mecoba menarik teka-teki alam, mereka ingin
mengetahui asal mula alam serta dengan isinya. Pada masa itu terdapat
keterangan-keterangan mengenai proses terjadinya alam semesta dan isinya, semua
keterangan tersebut sebatas kepercayaan semata.
2.3
Reaksi Terhadap Spritualisme Di Yunani
Spritualisme
merupakan suatu aliran filsafat yang mementingkan keruhanian, lawan dari
materialisme ( Poerwadarmita 1984:963 ). Namun demikian, ternyata ada beberapa
filosof yang merasa kurang puas dengan aliran spritualisme, mereka menganggap
aliran ini tidak sesuai dengan ilmu pengetahuan ilmiah. Maka lahirlah aliran
materialism. Diantara
tokonya adalah Leukipos dan Demokritus ( 460-370 SM ), yang menyatakan bahwa
semua kejadian alam adalah atom, dan semuanya adalah materi.
Kemudian,
lahirlah pula aliran rasionalisme Rane Descrates, yang menyatakan bahwa pusat
segala sesuatu terletak pada dunia ratio, semesta yang lain adalah objeknya.
1. Idealisme
Tokoh
aliran idealism adalah plato (427-372 SM ). Ia adalah murid Socrates. Aliran
idealism merupakan suatu aliran filsafat yang menggagungkan jiwa. Menurut
aliran ini, cinta adalah gambaran asli yang bersifat ruhani dan jiwa terletak
di antara gambaran asli ( Suryadipura, 1994: 133 ). Dari pertemuan jiwa dan
cinta lahirlah suatu angan-angan yaitu dunia idea. Aliran ini memandang dan
menganggap yang nyata hanyalah idea. Idea selalu tetap tidak mengalami
perubahan dan pergeseran yang mengalami gerak tidak di kategorikan idea
(poedjawijatna,1987:23).
Disisi lain filsafat idealism plato
banyak memberikan pengaruh dan sumbangan dalam dunia pendidikan. Menurut plato,
pendidikan itu sangat perlu baik bagi dirinya selaku individu maupun sebagai
warga Negara. Setiap peserta didik harus diberi kebebasan untuk mengikuti ilmu
yang ada sesuai dengan bakat, minat, dan kemampan masing-masing sesuai jenjang
usianya. Pendidikan itu sendiri akan memberikan dampak perubahan bagi kehidupan
pribadi, bangsa Negara.
2. Materialisme
Merupakan
aliran filsafat yang berisikan tentang ajaran kebendaan, aliran ini, benda
merupakan sumber segalanya ( poerwadarminta, menurut 1984:683 ), aliran ini
berpikiran sederhana, bahkan segala sesuatu yang ada di dalam ini dapat di
lihat dan di observasi, baik wujudnya, gerakanya maupun
peristiwa-peristiwanya. T okoh-tokoh
aliran materialisme diantaranya adalah Leukipos dan Demokritus ( 460-370 SM ).
Mereka berpendapat bahwa kejadian seluruh alam terjadi karena atom kecil, yang menpunyai
bentuk dan bertubuh, jiwa pun dari atom kecil yang mempunyai bentuk bulat dan
mudah bereaksi untuk mengadakan gerak ( suryadipura, 1994:130 ).
Atom
tersebut membentuk satu kesatuan yang di kuasai oleh hukum-hukum fisis kimiawi,
dan atom-atom yang tertinggi nilainya dapat membentuk manusia, dan kemungkinan
yang dimiliki manusia tidak melampaui kemungkinan kombinasi-kombinasi atom.
Oleh karena itu, tidak melampai potensi-potensi jasmani, karena keduanya
memiliki sumber yang sama. Demikian juga dengan keberakhiran atau kematian,
disebabkan karena hancurnya struktur atom-atom pelemburan dan kombinasi
atom-atom yang ada pada manusia atau alam lainnya.
3. Rasionalisme
Pelopor
aliran rasionalisme adalah Rane Descrates ( 1595-1650 ). Ia juga penggerak dan
pembaru pemikiran modern abad ke-17 ( selama 1988:78 ). Menurutnya, sumber
pengatahuan yang dapat di jadikan patokan dan dapat di uji kebenaranya adalah
rasio, sebab pengetahuan yang berasal dari proses akal dapat memenuhi
syarat-syarat ilmiah. Dengan demikian akal di anggap sebagai perantara khusus
untuk menentukan kebenaran dalam ilmu pengetahuan. Hal senada juga dinyatakan filosof
Blaise Pascal ( 1632-1662 ), bahwa akal adalah tumpuan utama dalam menjalani
pengetahuan untuk menemukan kebenaran dan dapat memberikan kemampuan dalam
menganalisis bahan ( objek ). Tetapi
disis lain, akal tidak dapat menemukan pengertian yang sempurna tanpa ada
keterkaitan dengan pengalaman. Karena dalam mengambil suatu keputuasan yang
berfungsi tidak saja akal, tetapi hati juga turut menentukan.
2.4 Pemikiran Filsafat Yunani Kuno
Hingga Abad Pertengahan
Suatu
pandangan teroritis itu mempunyai hubungan erat dengan lingkungan di mana
pemikiran itu di jalankan, begitu juga lahirnya filsafat yunani pada abad ke-16
SM. Bagi orang yunani, filsafat merupakan ilmu yang meliputi semua pengetahuan
ilmiah. Di yunanilah pemikiran ilmiah mulai tumbuh, terutama di
bidangfilsafatpenidikan.
Pada
masa ini, keterangan-keterangan mengenai alam semesta dan penghuninya masih
berdasarkan kepercayaan. Dan karena para filsuf belum puas atas keterangan itu,
akhirnya mereka mencoba mencari keterangan melalui budinya. Misalnya dengan
menanyakan dan mencari jawaban tentang apakah sebetulnya ala mini? Apakah
intisari alam ( arche )ini. Arche berasal dari bahasa yunani yang berarti mula,
asal. Oleh karena itu filsuf-filsuf berusaha mencari inti alam, maka mereka di
sebut filsuf alam dan filsafat mereka disebut filsafat alam. Masa
pra-socrates di warnai pula oleh munculnya kaum sofisme. Kaum sopis ini pertama kali di
Athena. Sofis berasal dari kata sofhos yang beati cendikiawan. Sebutan ini
semula diberikan kepada orang-orang pandai ahli filsafat, ahli bahasa, dan
lain-lain. Aliran sofis dipelopori oleh protogoras.
Menurut kaum sofis, manusia menjadi ukuran kebenaran : tidak ada kebenaran yang
berlaku secara universal, kebenaran hanya berlaku secara individual. Kebenaran
itu menurut saya, dan retorika merupakan alat utama utuk memepertahankan
kebenaran ( salam, 1982:107). Dalam sejarah kaum sofis adalah kelompok yang
pertama kali mengorganisasi pendidikan kaum muda.
2.5 Pemikiran filsafat pendidikan
menurut Socrates ( 470-399 SM )
Dalam
sejarah filsafat, Socrates adalah salah seorang pemikir besar kuno yang gagasan
filosofis dan metode pengajaraanya sangat mempengaruhi teori dan praktik
pendidikan di seluruh dunia barat. Socrates lahir di Athena, merupakan putra
seorang pemahat dan seorang bidan yang tidak begitu di kenal, yaitu Sophonicus
dan Phaenarete
( smith,1986:19 ). Prinsip dasar pendidikan, menurut Socrates adalah metode
dialektis. Meode ini di gunakan Socrates sebagai dasar teknis pendidikan yang
di rencanakan untuk mendorong seseorang berpikir cermat, untuk menguji coba
diri sendiri dan untuk memperbaiki pengetahuannya. Seorang guru tidak boleh
memaksakan gagasan-gagasan atau pengetahuannya kepada seorang siswa, karena
seorang siswa di tuntut untuk bisa mengembangkan pemikirannya sendiri dengan
berpikir secara keritis.
Metode
ini tidak lain di gunakan untuk meneruskan inelektualitas, mengembangkan
kebiasaan-kebiasaan dan kekuatan mental seseorang. Dengan kata lain, tujuan
pendidikan yang benar adalah untuk merangsang penalaran yang cermat dan di
siplin mental yang akan menghasilkan perkembangan intelektual yang terus
menerus dan sestandar moral yang tinggi ( Smith. 1986:25 ).
2.6 Pemikiran filsafat pendidikan
menurut Plato ( 427-347 SM )
Plato dilahirkan dalam
keluraga aristrokrasi di Athena, serikat 427 SM. Ayahnya Ariston, adalah
keturunan dari raja pertama Athena yang pernah berkuasa pada abad ke-7 SM.
Semnentara ibunya, periction adalah keturunan keluarga solon, seorang pembuat
undang-undang, penyair, memimpin militer dari kaum ningrat dan pendiri
demokrasi Athena termuka ( smith, 1986:29). Menurut plato, pendidikan itu
sangat perlu, baik bagi dirinya selaku individu maupun sebagai warga Negara.
Negara
wajib memberi pendidikan kepada setiap warga negaranya. Namun demikian, setiap
peserta didik harus diberi kebebasan untuk mengikuti ilmu sesuai bakat, minat,
dan kemampuan masing-masing jenjang usianya. Sehingga pendidikan itu sediri
memberikan dampak dan perubahan bagi kehidupan pribadi, bangsa, dan Negara.
Menurut plato, idealnya dalam sebuah Negara pendidikan memperoleh tempat yang
paling utama dan mendapatkan perhatian yang yang sangat mulia, maka ia harus di
selenggarakan oleh Negara. Karena pendidikan itu sebenarnya merupakan suatu
tidakan pembebasan dari belenggu ketidaktahuan dan ketidakbenaran. Dengan
pendidikan, orang-orang akan mengetahui apa yang benar dan apa yang tidak benar. Dengan pendidikan pula, orang-orang
akan mengenal apa yang baik dan apa yang jahat, apa yang patut dan apa yang
tidak patut (Raper,1988:110).
Menurut
Plato, tujuan pendidikan adalah untuk menemukan kemampuan-kemampuan ilmiah
setiap individu dan melatihnya sehingga ia menjadi seorang warga Negara yang
baik, masyarakat yang harmonis, yang melaksanakan tugas-tugasnya secara efesien
sebagai seorang anggota masyarakat. Menurut Plato, pendidikan direncanakan dan
deprogram menjadi tiga tahap sesuai tingkat usia. Pertama, pendidikan yang
diberikan kepada taruna hingga hingga sampai dua puluh tahun. Kedua, dari usia
dua puluh tahun sampai tiga puluh tahun. Ketiga, dari tiga puluh tahun samapi
empat puluh tahun.
2.7 Pemikiran filsafat pendidikan
menurut Aristoteles (367-345 SM )
Aristoteles adalah
murid plato. Dia adalah seorang cendikiawan dan intelek terkemuka, mungkin
sepanjang masa. Umat manusia telah berutang budi padanya oleh karena banyaknya
kemajuan pemikiranya dalam filsafat dan ilmu pengetahuan, khususnya logika,
politik, etika, biologi, dan psikologi. Aristoteles lahir tahun 394 SM, di
Stagira, sebuah kota kecil di semenanjung Chalcidice di sebelah barat laut
Egea. Ayahnya, NIchomachus adalah dokter perawat Amyntas II, raja Macedonia, dan ibunya, phaesta
mempunyai nenek moyang terkemuka.
Menurut
Aristoteles, agar orang bisa hidup baik maka ia harus mendapatkan pendidikan. Pendidikan bukanlah soal akal
semata-mata, melainkan soal memberi bingbingan kepada perasaan-perasaan yang
lebih tinggi, yaitu
akal, guna mengatur nafsu-nafsu. Akal sendiri tidak berdaya, sehingga ia
memerlukan dukungan perasaan yang lebih tinggi agar di arahkan secara benar.
Aristoteles mengemukakan bahwa pendidikan yang baik itu yang mempunyai tujuan
tujuan untuk kebahagiaan. Kebahagiaan tertinggi adalah hidup spekulatif (
Barnadib. 1994:72).
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Ø Dari
pemaparan di atas dapat di simpulkan bahwa filsafat mulai berkembang dan
berubah fungsi, dari sebagai induk ilmu pengetahuan menjadi semacam pendekatan
perekat kembali
sebagai ilmu pengetahuan yang telah berkembang pesat dan terpisah satu dengan
lainnya. Jadi, jelaslah bagi kita bahwa filsafat berkembang sesuai perputaran
zaman. Paling tidak, sejarah filsafat lama membawa manusia untuk mengetahui
cerita dalam katagori filsafat spiritualisme kuno.
Ø Spritualisme
merupakan suatu aliran filsafat yang mementingkan keruhanian, lawan dari
materialisme ( Poerwadarmita 1984:963 ). Namun demikian, ternyata ada beberapa
filosof yang merasa kurang puas dengan aliran spritualisme, mereka menganggap
aliran ini tidak sesuai dengan ilmu pengetahuan ilmiah.
Ø Dalam
sejarah filsafat, Socrates adalah salah seorang pemikir besar kuno yang gagasan
filosofis dan metode pengajaraanya sangat mempengaruhi teori dan praktik pendidikan
di seluruh dunia barat
Ø
Menurut Plato, tujuan pendidikan adalah
untuk menemukan kemampuan-kemampuan ilmiah setiap individu dan melatihnya
sehingga ia menjadi seorang warga Negara yang baik, masyarakat yang harmonis
3.2
Saran
Ajaran
filsafat yang komprehensif telah menempati status yang tinggi dalam kehidupan kebudayaan manusia, yakni
sebagai ideologi
suatu bangsa dan negara.
Tujuan berfilsafat adalah membina manusia mempunyai akhlaq yang tertinggi. Demikian makalah ini semoga dapat
bermanfaat bagi pembaca, dan kami mengharapkan
kritik serta saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Hermawan,
A. Haris. 2009. Filsafat Pendidikan
Islam. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI.
Jalaluddin,
dan Said Usman. 1994. Filsafat
Pendidikan Islam: Konsep Pengembangan Dan Pemikirannya. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Sadullah,
Uyoh. 2011. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung:
Antasari Press.
Salahudin,
Anas. 2011. Filsafat Pendidikan. Bandung:
Pustaka Setia.
Komentar
Posting Komentar